English English Indonesian Indonesian
oleh

Jejak Toleransi Nasaruddin Umar di Katedral Makassar

Laporan:  Widyawan Setiadi, Harian FAJAR

FAJAR, MAKASSAR — Langkah pelan Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Umar, menyusuri ruangan Katedral Keuskupan Agung Makassar. Di balik senyumnya yang hangat, terselip pesan yang ingin ia sampaikan. Pesan yang tak hanya untuk satu kelompok, tapi untuk semua golongan, semua umat.

“Saya ini menteri semua agama,” ujarnya dengan suara pelan namun pasti. Ucapan itu bukan sekadar pengakuan jabatan, tapi tekad untuk merawat keberagaman yang menjadi denyut nadi Indonesia.

Hari itu, Kamis (24/7) di rumah ibadah yang selama ini mungkin terasa jauh bagi sebagian pemeluk agama lain, Prof Nasaruddin datang membawa pelukan persaudaraan. Ia tak hanya hadir secara fisik, tapi juga secara batin. Menunjukkan bahwa perbedaan bukan tembok, melainkan jembatan.

Bagi sang Menteri, kedekatan seseorang dengan agamanya adalah kunci. “Semakin akrab umat dengan ajaran agamanya masing-masing, semakin damai kehidupan ini,” katanya. Namun ia juga mengingatkan bahwa ketika agama dan pemeluknya mulai berjarak, di sanalah muncul persoalan sosial, moral, bahkan konflik.

Di ruang yang biasanya dipenuhi nyanyian pujian dan doa, kata-kata Menag mengalun seperti khutbah lintas iman: lembut, jernih, dan menggerakkan.

Indonesia, katanya, adalah negeri yang sudah sangat damai dan rukun. Tapi kedamaian itu bukan sesuatu yang bisa diambil begitu saja. Ia harus dirawat dengan cinta kasih, dengan saling menghormati, dan dengan tidak mudah terprovokasi oleh suara-suara gaduh yang memecah belah.

News Feed