FAJAR, SOLO – Nama Ferdinan Sinaga dahulu identik dengan ketajaman di lini depan dan rentetan kontroversi di dalam maupun luar lapangan. Kini, mantan striker Timnas Indonesia dan PSM Makassar itu mendirikan sekolah sepak bola.
Lewat kanal YouTube Bincang Bareng Binder, Ferdinan mengungkap kesibukan barunya: mendirikan FS 17 Akademi, sebuah sekolah sepak bola yang ia dirikan di Solo, tempat ia kini menetap.
“Sekarang saya sibuk urus akademi, namanya FS 17. Nomor itu identik dengan saya. Akademi ini fokus ke pemain usia 12 sampai 15 tahun. Usia itu penting karena mereka sedang transisi ke remaja, butuh pendampingan,” ujar Ferdinan.
Akademi ini menjadi jalan baru bagi pemain kelahiran Bengkulu, 18 September 1988 tersebut. Dahulu The Dragon dikenal sebagai pemain flamboyan dan emosional, kini ia memilih jalur pembinaan dan pengawasan mental bagi anak muda.
Potret Sang Striker
Ferdinan Sinaga bukan nama asing bagi pencinta sepak bola Indonesia. Ia pernah membawa Persib Bandung menjuarai ISL 2014 dan mengantar PSM Makassar meraih Piala Indonesia 2019. Namun, kariernya juga diwarnai banyak momen panas yang tak terlupakan.
Berikut sejumlah kontroversi yang pernah membayangi perjalanan kariernya:
- Aksi Bokong ke Tribun (2010)
Saat memperkuat PPSM Magelang, Ferdinan dituding menurunkan celananya ke arah suporter Persis Solo. Aksi ini jadi titik awal citranya sebagai “si bengal”.
- Hukuman Makian kepada Wasit (2014)
Bersama Persib, ia dijatuhi sanksi larangan dua laga dan denda Rp25 juta usai melontarkan makian pada wasit di laga kontra Semen Padang.
- Memanjat Pagar GBK (2014)
Emosi Ferdinan memuncak usai laga Timnas Indonesia vs ASEAN All-Stars. Ia memanjat pagar tribun GBK, membuat pelatih Alfred Riedl sempat geram.
- Konflik Internal Tim (2014–2019)
Perselisihan dengan M. Ridwan di final ISL, cekcok dengan Amido Balde saat di PSM, hingga memukul pemain Persela membuatnya beberapa kali disanksi, termasuk skors empat pertandingan.
- Amukan Usai Dihina Suporter (2015 & 2023)
Dari menendang mikrofon usai kekalahan Sriwijaya FC di 2015, hingga meminta laga dihentikan saat membela Persiraja di 2023 karena merasa dicemooh fans—emosi Ferdinan kerap meledak.
Dari Kapok Jadi Pembina
Kini, semua lembar lama itu coba ditutup. Melalui FS 17 Akademi, Ferdinan ingin membentuk pemain muda tak hanya dari segi teknik, tetapi juga karakter.
Ia bahkan berharap ada perhatian lebih dari tim nasional, termasuk dari Simon Tahamata, pemandu bakat Timnas asal Belanda. “Saya ingin anak-anak akademi ini bisa diawasi langsung, karena ada potensi besar dari Solo dan sekitarnya,” ujarnya. (*)