FAJAR, PAREPARE – Isu stunting tak hanya soal gizi buruk. Pernikahan dini kini juga disorot sebagai salah satu penyebab utamanya. Hal ini yang mendorong mahasiswa KKN Tematik Universitas Hasanuddin (Unhas) Gelombang 114 turun langsung ke sekolah.
Lewat program bertajuk “Laskar Sehat: Lawan Stunting, Kawal Usia Nikah, Raih Generasi Sehat,” mereka menyasar siswa kelas IX-3 di UPTD SMP Negeri 1 Parepare. Tujuannya: menanamkan pemahaman dini soal bahaya pernikahan usia muda terhadap kesehatan generasi berikutnya.
Materi disampaikan oleh Siti Alfia N. R. R. Happy, mahasiswa yang bertanggung jawab atas kegiatan ini. Ia mengupas tuntas topik stunting dari sisi medis, hukum, hingga psikologis. Termasuk penjelasan mengenai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang batas usia minimal pernikahan.
Data dari Pengadilan Agama Parepare menjadi pijakan. Kota ini masih mencatat angka pernikahan dini yang cukup tinggi. Padahal, studi nasional mencatat 43,5% kasus stunting pada 2022 berasal dari bayi yang lahir dari ibu berusia 14–15 tahun.
“Anak remaja belum siap secara mental dan fisik untuk mengasuh. Risiko kehamilan juga tinggi. Ini bisa menyebabkan berat bayi lahir rendah, yang berujung pada stunting,” ujar Alfia dalam pemaparannya.
Pihak sekolah menyambut baik program ini. Kepala sekolah dan jajaran kurikulum mendukung penuh, bahkan sejak tahap awal perencanaan.
Sosialisasi berlangsung interaktif. Bahasa ringan dan pendekatan yang sesuai usia membuat siswa antusias. Salah satunya, Andi Zaskia, mengaku baru sadar pentingnya edukasi ini.