English English Indonesian Indonesian
oleh

Sirah Nabawiyah, Alternatif Realistis untuk Membentuk Birokrasi Berteladan

Oleh: Akbar Mangenre Kurusi, S.I.P., M.Tr.A.P
Pemerhati Tata Kelola Pemerintahan & Etika Publik/ASN di Sekretariat DPRD Sulsel

Gagasan menjadikan hafalan Juz 30 sebagai bagian dari pembinaan pejabat dan ASN di lingkungan Pemprov Sulawesi Selatan patut diapresiasi. Ada semangat mulia di baliknya—mewujudkan birokrasi yang tidak hanya profesional, tetapi juga religius dan berakhlak.

Namun, pelaksanaannya tidak semudah niat awalnya. Banyak ASN yang kesulitan menghapal karena faktor usia, kesibukan kerja, dan latar belakang pendidikan keagamaan yang berbeda-beda. Kita tentu tidak ingin program ini hanya menjadi simbol moralitas, tapi sulit dijalankan secara luas dan berkelanjutan.

Karena itu, perlu pendekatan yang lebih kontekstual dan mudah diimplementasikan, tanpa kehilangan semangat religius dan keteladanan. Salah satu alternatif yang layak dipertimbangkan adalah: penguasaan Sirah Nabawiyah—sejarah hidup Nabi Muhammad SAW yang kaya akan nilai-nilai kepemimpinan, etika pemerintahan, dan keadaban sosial.

Sirah bukan sekadar kisah masa lalu. Di dalamnya terdapat pelajaran strategis tentang bagaimana seorang pemimpin membangun masyarakat, mengelola perbedaan, menegakkan keadilan, serta memimpin dengan empati dan integritas. Prof. Quraish Shihab menyebut bahwa “Sirah adalah cermin bagi siapa pun yang ingin memimpin dan melayani secara manusiawi dan spiritual.” (Membumikan Al-Qur’an, 2010).

Berbeda dengan hafalan Juz 30, program Sirah Nabawiyah lebih mudah diikuti oleh seluruh ASN, tanpa batasan usia atau latar belakang. Tidak butuh hafalan, cukup membaca, memahami, dan merefleksikan. Evaluasi bisa dilakukan setiap saat, kapan saja dan di mana saja melalui diskusi kelompok, kuis-kuis, melihat kondisi masing-masing tempat kerja, laporan refleksi, atau presentasi nilai-nilai yang diteladani.

Program ini juga bisa melibatkan semua kalangan—muslim dan non-muslim—karena nilai-nilai universal seperti kejujuran, tanggung jawab, kesabaran, dan pelayanan publik yang berkeadaban bisa diterima siapa saja. Ini sejalan dengan nilai dasar ASN: BerAKHLAK.

Di tengah tantangan moral dan birokrasi hari ini, kita butuh cara yang relevan, mudah diterapkan, dan berkelanjutan untuk membentuk birokrasi yang bermartabat. Sirah Nabawiyah bisa menjadi jawabannya. Kita tidak sedang mengganti isi Al-Qur’an, tetapi mengganti pendekatan agar nilai-nilai profetik itu benar-benar hidup dalam laku sehari-hari pejabat dan ASN.

News Feed