Ia menegaskan bahwa orang tua harus aktif membaca dan memahami isi buku KIA agar dapat mengenali tanda-tanda keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin.
“Dengan begitu, kita bisa intervensi cepat dan tepat,” jelas dr Martira.
Stimulasi bayi sesuai usia pun menjadi fokus. Misalnya, pada usia 6–9 bulan, orang tua disarankan untuk aktif mengajak bayi berbicara, menyebut nama benda, bercermin, hingga melakukan permainan sederhana yang merangsang otak.
dr Martira juga mengatakan kalau tak kalah penting dilakukan juga penelitian awal pada sejumlah 2000 baduta yang tersebar pada puskesmas kota, kabupaten se sulawesi selatan.
“Ini melalui pengisian google form serentak.Hasil ini akan menjadi evaluasi untuk langkah selanjutnya,” ucapnya.
Dr. dr. Ema Alasiry, Sp.A(K), dalam sesi edukasi mengangkat tema “ASI: Fondasi Kehidupan Insani” yang digelar sebagai bagian dari kampanye kesehatan ibu dan anak.
Dalam pemaparannya, Dr. Ema menegaskan bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan merupakan hak anak yang tidak tergantikan.
“ASI mengandung seluruh nutrisi yang dibutuhkan bayi, dari zat gizi makro hingga antibodi yang berfungsi sebagai perlindungan alami terhadap infeksi dan penyakit,” ujarnya.
Lebih dari sekadar nutrisi, ASI berperan membangun ikatan emosional antara ibu dan anak. Kontak kulit ke kulit saat menyusui memperkuat bonding dan membantu perkembangan psikologis bayi secara optimal.
“Fondasi insani dimulai dari pemberian ASI. Ini bukan hanya soal memberi makan, tetapi menanamkan cinta, perlindungan, dan kedekatan yang mendalam,” kata Dr. Ema.