English English Indonesian Indonesian
oleh

Eks Marinir TNI AL Satria Arta Kumbara Raup Gaji Rp40 Juta/Bulan saat Gabung Milier Rusia

FAJAR, JAKARTA — Gaji besar hingga Rp40 juta per bulan menjadi alasan utama Satria Arta Kumbara, mantan anggota Marinir TNI AL, bergabung sebagai tentara relawan dalam struktur militer Rusia. Namun, iming-iming pendapatan tinggi itu kini berujung pada kerugian besar: kehilangan status Warga Negara Indonesia (WNI).

Nama Satria mencuat ke publik usai muncul dalam video yang memperlihatkan dirinya meminta bantuan kepada Presiden Prabowo Subianto, Wapres Gibran Rakabuming Raka, dan Menlu Sugiono, agar diizinkan pulang ke Tanah Air. Ia mengaku tidak tahu bahwa kontraknya dengan Kementerian Pertahanan Rusia otomatis mencabut kewarganegaraannya.

Tanpa Jaminan
Berdasarkan laporan Deutsche Welle dan berbagai media investigasi, tentara asing seperti Satria dijanjikan gaji bulanan sebesar USD2.000–USD2.500, atau setara Rp32–40 juta. Nominal ini sangat tinggi dibandingkan standar gaji di Indonesia, apalagi bagi prajurit biasa.

Namun di balik nominal yang menggiurkan, terdapat kenyataan pahit. Banyak tentara asing tidak menerima gaji secara penuh, bahkan ada yang tidak dibayar sama sekali. Beberapa di antaranya juga harus membayar agen perekrut hingga USD9.000 (sekitar Rp145 juta) hanya untuk visa dan tiket ke Rusia.

Kehilangan Kewarganegaraan
Dengan latar belakang militer, Satria tampaknya menjadi target ideal bagi perekrut asing. Bergabung dengan militer Rusia disebut menjanjikan pendapatan cepat, izin tinggal, dan bahkan kewarganegaraan Rusia dalam satu tahun masa dinas.

Namun, tanpa pemahaman hukum internasional, Satria tidak sadar bahwa kontrak tersebut berarti melepaskan status kewarganegaraan Indonesia. Kini, ia terjebak dalam sistem asing—terpisah dari Tanah Air, dan belum tentu bisa pulang.

News Feed