FAJAR, MAKASSAR – PSM Makassar adalah klub yang tak bisa dilepaskan dari keberuntungan. Bukan sekadar hoki soal gelar, tapi soal sosok. Wiljan Pluim, misalnya. Nama yang tak pernah akan pudar dalam sejarah Pasukan Ramang. Pemain Belanda itu datang, menetap, lalu memberi warisan tak ternilai: trofi Piala Indonesia 2018/2019 dan gelar juara Liga 1 2022/2023.
Pluim bukan sekadar playmaker. Ia adalah arsitek, jenderal di lapangan, bahkan ikon. Dari semua pemain asing yang pernah berseragam merah marun, hanya sisa satu pemain asing yang bisa menyebut dirinya sebagai saksi langsung kejayaan Pluim: Yuran Fernandes.
Kini, era Pluim telah selesai. Tapi PSM belum berhenti mencari.
Bernardo Tavares sadar: tak ada Pluim kedua. “Pluim ya Pluim,” begitu kira-kira prinsip pelatih asal Portugal itu. Namun sebagai arsitek, Tavares tetap harus membangun ulang. Pasca kehilangan sosok jenius di lini tengah, PSM seakan tumpul. Serangan kehilangan ritme. Umpan-umpan vertikal kehilangan visi.
Maka datanglah nama baru: Savio Roberto. Gelandang Brasil bertinggi 189 cm itu resmi diperkenalkan pada Selasa, 22 Juli 2025, setelah dua pekan menjalani adaptasi di Kota Daeng.
Di lini tengah PSM yang saat ini dalam fase membangun ulang, Savio adalah harapan baru. Ia mungkin bukan sosok flamboyan, bukan pula tipikal playmaker klasik macam Pluim. Tapi ia punya tugas berat: menjadi pembeda.
PSM lewat akun Instagram resminya bahkan memberi panggung khusus. Kamis, 23 Juli, tiga slide wajah Savio diunggah: dari ekspresi serius, penuh semangat, hingga senyum menyiratkan harapan. Itu bukan sekadar konten — tapi sinyal. Sinyal bahwa Savio sedang dikemas sebagai wajah baru harapan Pasukan Ramang.