“Paving dari plastik? Ini luar biasa. Kita bicara soal pengurangan limbah, tapi sekaligus membuka peluang usaha baru bagi masyarakat,” ucapnya.
Senada dengan itu, Dandim 1415/Selayar Letkol Czi Yudo Harianto menambahkan bahwa inovasi semacam ini penting untuk ditularkan, terutama kepada generasi muda. Edukasi tentang lingkungan, katanya, bisa dimulai dari hal kecil dari rumah, dari plastik, dari kebiasaan memilah.
“Inovasi lokal seperti ini punya daya ubah. Ia tidak hanya menyelesaikan masalah lingkungan, tapi membangun kesadaran kolektif tentang cinta tanah air lewat aksi nyata,” ujar Yudo.
Bank Sampah Bonea memang bukan tempat besar dengan fasilitas mewah. Tapi dari lokasi sederhana itu, muncul gagasan besar: bahwa sampah bukan akhir dari segalanya. Justru bisa jadi awal dari solusi.
Bupati pun menutup kunjungannya dengan menginstruksikan agar seluruh camat, lurah, dan kepala desa ikut terlibat aktif dalam gerakan kebersihan lingkungan. Menjelang HUT ke-80 RI, ia mendorong agar gotong royong dan edukasi lingkungan dijadikan bagian dari semangat kemerdekaan yang baru—lebih hijau, lebih bersih.
Model seperti Bonea, kata Natsir Ali, akan terus didorong untuk direplikasi. Bukan hanya karena selaras dengan target nasional Indonesia Bebas Sampah 2045, tapi karena inilah cara daerah menjawab tantangan global dengan kekuatan lokal.