FAJAR, MAKASSAR – Dosen Sastra Indonesia Universitas Hasanuddin (Unhas), St Nursa’adah, resmi meraih gelar doktor usai mempertahankan disertasinya dalam ujian disertasi doktor di Ruang Senat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, Rabu (23/7/2025).

Dalam disertasinya yang berjudul “Representasi Silariang sebagai Arena Pertarungan Modal Simbolik Masyarakat Bugis-Makassar dalam Novel-Novel Indonesia Modern: Kajian Antropologi Sastra”, St Nursa’adah mengelaborasi bagaimana fenomena silariang—perkawinan lari yang dianggap melanggar norma adat—direpresentasikan dalam karya sastra Indonesia modern.
Promosi doktor ini dibimbing oleh promotor Prof. Dr. Fathu Rahman, M.Hum, bersama ko-promotor Prof. Dr. Muhammad Hasyim, M.Hum, dan Dr. Dafirah, M.Hum.
Penelitian ini mengkaji tiga novel sebagai sumber data utama, yaitu Pulau karya Aspar, Natisha: Persembahan Terakhir karya Khrisna Pabichara, dan Sajak Rindu: Lontaraq Cinta dari Sidenreng karya S. Gegge Mappangewa.
Dengan pendekatan antropologi sastra dan menggunakan teori interpretasi kebudayaan Clifford Geertz serta teori arena dan modal simbolik Pierre Bourdieu, penelitian ini menganalisis bagaimana silariang dalam karya-karya tersebut tidak hanya sebagai pelanggaran adat, tetapi sebagai arena pertarungan modal simbolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam masyarakat Bugis-Makassar, silariang melibatkan pergulatan antara kehormatan keluarga (siri’), status sosial, cinta, serta dominasi patriarki. Dalam konteks tersebut, keluarga dan individu harus memilih strategi simbolik untuk mempertahankan martabat dan kekuasaan.
“Silariang bukan sekadar pelanggaran norma adat, tapi juga merupakan arena pertarungan ideologis antara tradisi dan modernitas. Penelitian ini memberi kontribusi dalam memperkuat teori Bourdieu dalam konteks budaya lokal,” ungkap Nursa’adah dalam pemaparannya.
Implikasi penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pemahaman yang lebih bijak terhadap praktik silariang, sehingga tidak berujung pada kekerasan atau kriminalitas, melainkan bisa menjadi refleksi atas nilai-nilai budaya yang dinamis. (*)