FAJAR, BULUKUMBA — Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Hasanuddin, menunjukkan komitmennya dalam mendukung pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi melalui kegiatan pendampingan lapangan dalam program Pengenalan Objek Kajian Sejarah (POKSA) 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah (HUMANIS) Keluarga Mahasiswa FIB Universitas Hasanuddin.
Program ini berlangsung di kawasan Tana Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sejak 18 hingga 24 Juli 2025. Kawasan ini dikenal luas sebagai pusat pembuatan perahu pinisi, warisan budaya maritim yang telah diakui dunia.
Sebanyak tiga tim utama dan satu tim produksi yang terdiri atas mahasiswa aktif HUMANIS KMFIB-UH terlibat langsung dalam kegiatan ini. Mereka bertolak dari Makassar untuk melakukan penelusuran dan penggalian data sejarah di lokasi.
Pendampingan dari pihak Departemen Ilmu Sejarah dilakukan pada 19–21 Juli 2025, diwakili oleh Fajar Sidiq Limola, S.S., M.Hum. Dalam keterangannya, Fajar menyatakan bahwa kegiatan POKSA 2025 merupakan bentuk konkret pelaksanaan Tridarma, khususnya pada aspek pendidikan dan penelitian.
“Mahasiswa memiliki ruang untuk mengaktualisasikan materi yang telah dipelajari di kelas melalui praktik lapangan. Keterlibatan mereka dengan masyarakat juga menjadi langkah penting dalam membangun sensitivitas akademik sekaligus memberikan kontribusi sosial,” ujar Fajar.
POKSA 2025 secara khusus mengangkat tema Sejarah Pariwisata, dengan menyoroti dinamika lokal yang memiliki potensi sebagai narasi penting dalam pengembangan sektor pariwisata berbasis sejarah dan budaya.
Sebelum turun ke lapangan, peserta telah melakukan studi pendahuluan dan menyusun kerangka penelitian. Kegiatan lapangan ini menjadi fase lanjutan untuk memperkuat temuan data yang dibutuhkan dalam penyusunan karya akhir.
Output dari kegiatan ini direncanakan berupa buku kajian sejarah dan film dokumenter pendek. Keduanya akan dipublikasikan dalam sebuah seminar terbuka pada Agustus 2025 mendatang.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memberikan pengalaman akademik bagi mahasiswa, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat setempat dan para pemangku kepentingan, khususnya dalam memperkaya narasi sejarah untuk mendukung pengembangan pariwisata di Bulukumba. (*)