Sementara itu, Jastin atau Ahmad ini mengaku kaget karena saat sibuk mengatur lalu lintas ia didatangi seorang pria yang ternyata Bupati Maros.
“Saat saya mengatur lalu lintas, tiba-tiba Pak Bupati datang dan kasih sepeda dan uang tunai. Saya juga kaget dan tidak menyangka sama sekali karena beliau bisa langsung datang temui saja,” akunya dengan mata berkaca-kaca.
Diakui Jastin profesi Pak Ogah ini dipilih karena panggilan hati dan kepedulian terhadap kondisi jalan di depan Rumah Sakit dr La Palaloi yang kerap macet.
“Jadi saya bantu karena ikhlas. Saya kasihan kalau lihat ambulans atau orang sakit tidak bisa lewat karena macet,” katanya.
Dia mengaku telah menjalani peran sebagai Pak Ogah selama tiga tahun. Setiap hari, Jastin mengatur lalu lintas dengan harapan bisa sedikit membantu para pengendara, terutama mereka yang hendak ke rumah sakit.
Bahkan selama menjadi pak ogah tak pernah sedikit pun ia meminta imbalan. Meski beberapa pengendara memberinya secara sukarela dengan nilai tak menentu.
“Ya kadang dapat Rp10 ribu, kadang juga Rp15 ribu sehari,” sebutnya. Walaupun penghasilannya itu jauh dari kata cukup, Jastin tetap mengaku bersyukur, karena masih bisa menghidupi istri dan dua anaknya.
Selain berprofesi sebagai Pak Ogah, Jastin juga menjalankan tugas secara sukarela di SDN 154 Inpres Tumalia, Kecamatan Turikale, Maros.
Sehari-hari ia membantu menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan sekolah tanpa upah.
Di sana Jastin dan keluarganya menumpang di salah satu rumah kosong milik SDN 154 Inpres Tumalia. (rin/zuk)