Antara Nafkah dan Negara
Dalam pengakuannya, Satria mengaku telah berpamitan kepada sang ibu sebelum berangkat. Ia berharap bisa kembali dengan rezeki, namun tak pernah mengira bahwa kontrak militer di Rusia berarti mencabut akar kebangsaannya sendiri.
“Saya pikir saya hanya mencari nafkah. Saya tidak tahu konsekuensinya sebesar ini… Saya ingin pulang, saya ingin menjadi warga negara Indonesia lagi.”
Ia menyelipkan satu fragmen paling menyayat—video ucapan ulang tahun dari anaknya di Indonesia. Satria hanya bisa membalas dengan air mata, sambil menyebut bahwa ia masih berada “di garis depan Ukraina”.
Rumor Kematian, Kabar Hidup
Pada 22 Juni 2025, rekan senegaranya Heru Suta, sempat mengabarkan bahwa Satria telah gugur dalam pertempuran. Namun pada 7 Juli 2025, kabar itu terbantahkan: Satria masih hidup, dan wajahnya kembali muncul di media sosial.
Apa Status Hukumnya?
TNI AL memastikan bahwa Satria sudah diberhentikan secara tidak hormat. Ia sebelumnya divonis penjara 1 tahun atas desersi, dan sejak 13 Juni 2022, tak lagi berstatus anggota militer Indonesia. Putusan itu dijatuhkan secara in absentia oleh Pengadilan Militer II-08 Jakarta.
Kini, statusnya di Indonesia telah terputus secara hukum, dan keinginannya untuk kembali bukan perkara sederhana—melainkan kompleks, baik secara diplomatik maupun yuridis.
Simbol dari Dua Dunia yang Berlawanan
Dua foto Satria tersebar luas. Yang satu memakai seragam TNI AL, berdiri gagah. Yang lain memakai seragam militer Rusia, berdiri di salju.
Dua gambar itu menjadi simbol kontras kehidupan, tentang harga mahal dari keputusan tergesa dan kerinduan yang tak bisa dibayar dengan senjata atau kontrak militer.