FAJAR, MAKASSAR-Senator asal Sulawesi Selatan, Tamsil Linrung berkunjung ke Redaksi Harian FAJAR, Senin, 21 Juli 2025. Ia diterima Direktur Utama FAJAR, Faisal Palapa, Pemimpin Redaksi Amrullah Basri Gani, serta jajaran redaksi lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Tamsil menyoroti sejumlah isu strategis, mulai dari efisiensi anggaran negara, pemanfaatan dana yang mengendap, hingga peran kepala daerah dalam mendorong pendapatan daerah dan ketahanan pangan.
Dia menyatakan dukungan terhadap upaya efisiensi anggaran nasional yang menurutnya mampu menghemat hingga Rp300 triliun. Meski awalnya menuai kritik, Tamsil menilai efisiensi ini justru membuka ruang bagi program strategis yang langsung menyentuh masyarakat, seperti program makan bergizi gratis.
“Satu dapur bisa menyerap tenaga kerja hingga 50 orang. Jika dibangun seribu dapur, akan tercipta lapangan kerja dalam jumlah besar. Belum lagi efek berantainya -dari pelaku usaha lokal seperti pemasok telur, beras, hingga daging,” jelasnya. Ia juga menyebutkan adanya perusahaan dari Darwin, Australia, yang siap relokasi ke Indonesia guna mendukung program tersebut.
Tamsil juga menyoroti banyaknya dana besar yang mengendap dan belum dimanfaatkan secara optimal, seperti Dana Haji yang dikelola BPKH, Dana LPDP sebesar Rp154 triliun, dan dana pensiun. “Dana-dana ini besar, tapi tidak bergerak di masyarakat. Harus ada terobosan agar dana tersebut bisa diputar dan memberi dampak nyata bagi perekonomian,” tegasnya.
Ia pun mendorong pemerintah daerah untuk mulai menerbitkan obligasi daerah. Tamsil juga meminta pemerintah pusat membuka ruang agar dana dari BPKH dan lembaga keuangan lainnya dapat diinvestasikan ke instrumen obligasi tersebut untuk membiayai pembangunan daerah.
Dia pun menekankan pentingnya kepala daerah yang visioner dan energik dalam menciptakan terobosan pembangunan. Ia mencontohkan Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, yang dinilai aktif dan inovatif. Syaharuddin juga baru saja terpilih sebagai Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pangan Apkasi (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) periode 2025–2030.
Menurut Tamsil, Sidrap kini menjadi salah satu model keberhasilan penguatan sektor pangan nasional. “Pak Menteri Pertanian pun memujinya. Dulu hanya dua kali panen setahun, sekarang sudah rata-rata tiga kali. Produksi padi Sidrap ditargetkan mencapai satu juta ton, dua kali lipat dari sebelumnya,” ungkapnya.
Sidrap juga memiliki industri pengolahan gabah yang cukup besar, dengan lebih dari 130 hingga 200 unit penggilingan. Unit-unit tersebut tak hanya melayani petani lokal, tapi juga petani dari berbagai daerah yang membawa gabah mereka ke Sidrap untuk diolah.
Tamsil berharap pencapaian ini dapat diikuti peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui hilirisasi sektor pertanian dan penguatan ekonomi lokal. Ia menegaskan, kepala daerah harus mulai berpikir strategis dan progresif demi kemajuan daerah. (*/)