FAJAR, MANADO — Di tengah lautan yang menghitam oleh asap dan api, seorang pria melompat dengan satu kotak gabus dalam pelukannya. Di dalamnya, tertidur seorang bayi berusia tiga bulan—tak tahu bahwa hidupnya kini bergantung pada tangan seorang asing yang rela mempertaruhkan segalanya.
Dia adalah Jonly Lapay, aparatur sipil negara di Dinas Kominfo Talaud. Di atas KM Barcelona V yang terbakar hebat di perairan Pulau Talise, Minggu (20/7/2025), Jonly bukan hanya penumpang—ia berubah menjadi penjaga kehidupan.
Pelukan Terakhir dari Seorang Kakak
Tapi setiap pahlawan menyimpan luka. Di saat Jonly berhasil menyelamatkan sang bayi dari maut, ia juga harus menerima kenyataan paling getir: kakak perempuannya, Hasna Lapay, meninggal dunia dalam insiden yang sama.
Di satu tangan ia menggenggam harapan, di sisi lain ia kehilangan darah dagingnya.
“Semoga niat baik dan pengorbanan Pak Jonly diberkati Tuhan. Kami turut berduka,” ungkap seorang kerabat, menahan tangis.
Hidup dalam Taruhan
Menurut penuturan saksi, ketika Jonly melihat bayi itu dalam bahaya, dia langsung mengambil inisiatif—mencari box gabus (fullbox) untuk melindunginya dari panas dan air. Ia lalu melompat ke laut bersama kotak itu, menantang gelombang dan api demi nyawa yang bahkan belum bisa memanggil nama siapa pun.
Aksi tersebut bukan hanya refleks penyelamatan, tapi lompatan iman—bahwa di antara teriakan, panas, dan ketakutan, masih ada satu hal yang lebih kuat: kemanusiaan.
Duka yang Menghidupkan Banyak Hati
Kisah Jonly Lapay kini menyebar luas. Di media sosial, namanya disebut-sebut sebagai “pahlawan kemanusiaan”. Komentar-komentar berisi ucapan terima kasih dan doa membanjiri unggahan tentang aksinya. Banyak yang terenyuh bukan hanya oleh keberaniannya, tapi juga oleh kontras antara kehilangan dan penyelamatan yang ia alami dalam satu hari yang sama.