“Kami lakukanlah pemeriksaan meliputi rekaman jantung, CT scan jantung, dan uji treadmill. Hasil treadmill test menunjukkan hasil positif, sehingga dilanjutkan dengan kateterisasi jantung,” tambahnya.
Kata dr Firman lalu dilakukan prosedur diagnostik utama (gold standard) untuk mendeteksi penyempitan arteri koroner. Hasil kateterisasi memperlihatkan adanya sumbatan berat di pembuluh darah utama jantung, maka perlu penanganan mendalam.
“Kalau kami menemukan ada kondisi penyempitan di titik penting, tindakan pemasangan cincin (stent) tidak direkomendasikan. Namun kami putuskan untuk melakukan operasi bypass jantung karena risiko pemasangan stent terlalu tinggi,” ujarnya.
Hasilnya, saat ini pasien tersebut telah selesai dilakukan operasi bypass jantung atau CABG di RSUP Makassar Kawasan CPI dan sudah merasakan perbedaan yang signifikan pada kondisi tubuhnya.
Dokter Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular RSUP Makassar Kawasan CPI, Dr. Shiddiq Wiratama, M.Ked.Klin, Sp.BTKV, menyebutkan operasi bypass jantung menjadi salah satu tonggak penting dalam pelayanan bedah jantung di Makassar.
Ia menjelaskan jika tindakan CABG berlangsung selama 4–5 jam, dilakukan secara terencana dan penuh kehati-hatian. “Sebelum melakukan tindakan tersebut, Tim medis tentunya memastikan semua jaringan yang digunakan untuk membuat bypass aman dan berfungsi optimal,” ucapnya.
Lalu setelah operasi dan pasien dinyatakan berhasil melewati masa kritis tanpa komplikasi berat, maka memerlukan masa pemulihan pascaoperasi dulu baru bisa beraktivitas kembali. “Ini biasanya berlangsung 4–7 hari, tergantung respons tubuh pasien,” ucapnya.(*)