Pengamat sepak bola nasional, Gusnul Yakin menyebut PSM sebagai contoh ideal klub berbasis pembinaan. “Saya perhatikan, mereka selalu punya stok pemain muda yang tak habis-habis. Seolah ada dapur talenta yang tak pernah padam,” ujar pria asal Malang itu. Ia menduga kekuatan PSM terletak pada sistem pencarian bakat yang rapi, baik dari akademi internal maupun seleksi terbuka.
PSM bukan satu-satunya, tapi tetap yang terdepan. Persija Jakarta, klub ibu kota yang pernah digadang sebagai pionir pembinaan, kini berada di peringkat kedua dalam hal rata-rata usia muda: 25,0 tahun. Disusul Borneo FC (25,2 tahun), dan Persijap Jepara, sang tim promosi, di angka 25,4 tahun.
Menurut Gusnul, pendekatan seperti ini bukan cuma ideal dalam konteks sepak bola nasional, tapi juga adaptif terhadap kondisi keuangan klub. “Di tengah ekonomi yang belum stabil, memberdayakan pemain muda adalah pilihan bijak. Mereka bisa dikontrak lebih murah, dan jangka waktunya lebih panjang,” katanya.
Dengan filosofi sederhana tapi berani, PSM Makassar tak hanya juara di klasemen, tapi juga dalam urusan masa depan sepak bola Indonesia.