FAJAR, MAKASSAR — Di atas tanah-tanah luas Makassar, sejarah seperti enggan berpihak pada sepak bola. Di kota yang melahirkan salah satu klub tertua dan tersukses di Indonesia, tak satu pun stadion layak berdiri dengan tegak. Mattonging hanya nama. Barombong tinggal kenangan setengah jadi. Kini harapan berpaling ke utara ke Untia.
Di Kecamatan Biringkanaya itulah, Pemerintah Kota Makassar ingin memutus kutukan panjang tanpa stadion. Di bawah komando Wali Kota Munafri Arifuddin, Untia dirancang bukan sekadar menjadi home base PSM Makassar. Tapi sebuah simbol: bahwa kota ini akhirnya pantas punya rumah bagi sepak bola.
Namun pertanyaan besar menggantung di udara: mampukah Untia benar-benar dibangun? Ataukah ini hanya satu fragmen lain dalam ironi panjang bernama Makassar?
Tanah stadion seolah “diharamkan” di kota ini. Mattonging gagal dibangkitkan. Barombong lebih menyedihkan: menghabiskan waktu lebih dari satu dekade hanya untuk menjadi bangunan bengkalai. Tak satu pun menyentuh garis finis.
Namun kini, pemerintah kota seperti ingin mematahkan nasib buruk itu. Tak sekadar berjanji, mereka mulai bergerak. Dari studi kelayakan hingga sertifikasi lahan, dari penyusunan RDTR hingga rencana teknis kawasan, semua dijalankan serentak.
Dinas Pekerjaan Umum merampungkan feasibility study dan Amdal Lalin. Dinas Pertanahan menggarap pengukuran dan percepatan sertifikasi. Dinas Penataan Ruang menyiapkan RDTR yang sejalan dengan Perda RTRW terbaru, sebagai dasar hukum utama seluruh pembangunan kawasan.