English English Indonesian Indonesian
oleh

Stadion Untia: Pertaruhan Terakhir Wali Kota Munafri Arifuddin dan Harapan PSM Makassar

“Kami baru koordinasi ke Kementerian ATR/BPN. Respons mereka positif. Kami ingin stadion ini jadi pemicu ekonomi, bukan sekadar arena tanding,” ujar Kepala Dinas Penataan Ruang, Muh Fuad Azis, Minggu (20/7/2025).

Harapan besar disematkan. Stadion Untia diyakini tak hanya menyambut PSM dan ribuan suporter fanatiknya. Ia juga diharapkan menjadi magnet ekonomi baru: pusat pelatihan atlet, hotel, fasilitas olahraga terpadu, bahkan kawasan urban baru di utara Makassar.

Forum Penataan Ruang pun dibentuk. Dipimpin Sekda Kota, forum ini melibatkan banyak pihak: dinas teknis, Bappeda, organisasi profesi seperti IAP dan ASPI, hingga tokoh masyarakat. Tujuannya: menyinkronkan semua elemen, agar stadion tak lagi hanya jadi gambar master plan yang teronggok di laci birokrasi.

Masih ada kendala, tentu. Mulai dari peta kawasan lama yang belum sesuai Perda 2024, perubahan fungsi lahan hijau, hingga persoalan sempadan Middle Ring Road. Tapi semua itu, kata Fuad, telah mereka siapkan solusinya.

“Dalam dua pekan ke depan, kami akan kembali ke kementerian. Kami bawa semua hasil sinkronisasi teknis. Target kami, semua clear tahun ini,” tegasnya.

Pertanyaannya kini bukan lagi bisa atau tidak. Tapi berani atau tidak. Karena stadion bukan cuma soal beton dan tribun. Ia adalah simbol martabat kota. Dan bagi Makassar, kota besar yang terlalu lama tanpa rumah bagi sepak bolanya, stadion bukan kemewahan. Ia adalah kewajiban sejarah.

Jika Stadion Untia berhasil dibangun, bukan hanya kutukan yang patah. Tapi juga keraguan yang selama ini membayangi: bahwa kota ini memang layak menjadi jantung sepak bola Sulawesi, bukan hanya secara sejarah, tapi juga infrastruktur.

News Feed