Namun duel ini bukan tentang siapa yang roboh lebih dulu. Tak ada yang tumbang. Tak ada yang menyerah. Dan saat bel terakhir berbunyi di ronde ke-12, dua petinju itu masih berdiri. Tegak. Lelah. Tapi utuh.
Keputusan juri? Imbang. Dua juri memberi angka 114-114. Sabuk WBC tetap milik Barrios.
Tapi malam itu, sabuk hanyalah formalitas. Dalam banyak hal, kemenangan moral berada di sisi Pacquiao. Seorang pria yang seharusnya sudah selesai di 2021, saat ia kalah dari Yordenis Ugas dan memutuskan pensiun demi politik.
Namun darah petarung tak pernah bisa sepenuhnya berhenti mengalir. Di usia yang bagi kebanyakan petinju sudah penuh cedera dan luka, Pacquiao kembali. Dan ia tidak datang sebagai figuran nostalgia. Ia bertarung. Ia menyulitkan juara bertahan. Ia meninggalkan ring dengan kepala tegak.
Pacquiao mungkin tidak menang. Tapi malam itu, ia tak butuh kemenangan untuk membuktikan siapa dirinya.