English English Indonesian Indonesian
oleh

Penembak Jitu Israel di Gaza Sasar Anak-anak

FAJAR, GAZA — Di rumah sakit Nasser, Khan Younis, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meregang nyawa di atas meja operasi. Luka tembak di dada merobek masa depannya yang belum sempat tumbuh. Tak ada peluru nyasar di Gaza. Semua peluru tahu ke mana mereka akan mendarat.

Dokter Nick Maynard, seorang ahli bedah gastrointestinal asal Inggris, menyebut ada “pola cedera” yang tak bisa diabaikan. Ia dan tim medisnya mencatat: dalam satu hari, seluruh pasien anak mengalami luka tembak di perut. Hari lain, tembakan menghantam kepala dan leher. Lusa, giliran lengan atau kaki yang jadi sasaran. Semua serba sistematis.

“Seperti permainan. Mereka memutuskan untuk menembak kepala hari ini, leher besok, dan testis lusa,” ujar Maynard kepada program Today di BBC Radio 4.

Pusat Bantuan yang Jadi Jebakan

Maynard menyebut pusat distribusi makanan yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza sebagai jebakan maut. Lokasi itu kini tak lagi menjadi tempat harapan, tapi tempat eksekusi perlahan terhadap warga sipil yang kelaparan — mayoritas anak-anak.

Para kontraktor swasta dan tentara Israel mengawaki lokasi bantuan tersebut. Sejak Mei, setidaknya 875 warga Palestina tewas ditembak saat berusaha mendapat makanan. Anak-anak Gaza tidak mati karena peluru nyasar. Mereka ditembak karena sedang antre makan.

Kelaparan yang Membunuh di Meja Operasi

Selain luka tembak, yang membunuh para pasien muda adalah kelaparan. Maynard mengaku belum pernah melihat begitu banyak anak meninggal pasca-operasi hanya karena tubuh mereka terlalu lemah untuk pulih.

News Feed