English English Indonesian Indonesian
oleh

Instalasi Pengelolaan Sampah, Pemkab Bone Siapkan 2 Hektare Lahan untuk Bangun Sistem RDF

FAJAR, BONE – Pemerintah Kabupaten Bone resmi mengalokasikan anggaran untuk pembangunan sistem Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai solusi atas kondisi kelebihan kapasitas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Passippo, Bone.

RDF adalah teknologi pengeringan sampah yang menurunkan kadar air hingga di bawah 25 persen, sehingga menghasilkan bahan bakar alternatif yang bisa dimanfaatkan kembali sebagai energi. Program ini menjadi langkah awal menuju sistem pengelolaan sampah berkelanjutan yang tengah dirancang oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bone.

Total anggaran yang disiapkan untuk proyek ini mencapai Rp26,7 miliar. Rinciannya, Rp20 miliar berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sementara Rp6,7 miliar lainnya dari dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Kepala DLH Kabupaten Bone, Dray Vibrianto, mengatakan bahwa proyek ini diajukan dalam pembahasan Perubahan APBD 2025.

“Insyaallah sudah disetujui untuk pelaksanaannya di Perubahan. Tapi untuk rincian anggarannya, kami masih menunggu salinan SK resmi,” ujar Dray.

Dray menjelaskan, pada tahap awal, terdapat 13 item yang akan diadakan dan direncanakan rampung dalam enam bulan. Dengan demikian, pembangunan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2025. Mesin dan perlengkapan akan ditempatkan di lahan seluas dua hektare yang berlokasi di sekitar TPA Passippo.

“Karena ini berbasis teknologi, tahap awalnya kami fokus pada penyediaan mesin. Mesinnya harus kompatibel agar seluruh sistem bisa terintegrasi,” jelasnya.

Kerja Sama dengan Pihak Ketiga

Proyek RDF ini juga akan melibatkan kerja sama dengan pihak ketiga. Salah satu perusahaan yang sudah menyatakan komitmennya untuk membeli produk RDF adalah PT Semen Tonasa. RDF akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara dalam proses produksi semen.

“Tonasa sudah siap membeli. Produk RDF-nya langsung diserap,” ungkap Dray.

Sementara itu, Bupati Bone, Andi Asman Sulaiman, menyampaikan bahwa sistem RDF ini ditargetkan mampu mengolah hingga 70 ton sampah per hari.

“Sampah bukan lagi menjadi masalah atau hal menjijikkan, tapi bisa menjadi sumber energi dan nilai ekonomi baru bagi masyarakat,” ujar Andi Asman.

Ia juga menambahkan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan turut memberikan dukungan melalui dana bantuan khusus, meski nominalnya belum dirinci. Selain itu, Bank Sulselbar juga telah menyalurkan dana lebih dari Rp1 miliar melalui program CSR untuk mendukung pengadaan armada pengangkut sampah.

“Bank Mandiri, BRI, dan PT Aruland juga berpartisipasi dengan menyumbangkan motor pengangkut sampah,” tambahnya.

Ia berharap keberadaan sistem RDF ini tidak hanya mengurangi beban TPA yang selama ini overkapasitas, tetapi juga membantu memperbaiki kualitas udara di sekitarnya.

Sementara itu, persoalan sampah di kawasan permukiman, seperti di Kelurahan Bajoe, masih menjadi perhatian. Di wilayah tersebut, kebiasaan membuang sampah sembarangan masih marak. Pemkab Bone berharap proyek pengelolaan sampah berkelanjutan ini bisa menjadi solusi menyeluruh atas persoalan tersebut. (an/*)

News Feed