English English Indonesian Indonesian
oleh

Pakistan Didera Bencana: Hujan Tak Reda, 178 Jiwa Tak Bernyawa

FAJAR, ISLAMABAD — Di tengah derasnya hujan monsun yang tak kunjung berhenti, Pakistan kembali tenggelam dalam duka. Selama tiga pekan terakhir, sedikitnya 178 orang meregang nyawa, ribuan rumah hanyut, dan puluhan ribu jiwa dipaksa mengungsi.

Punjab, salah satu provinsi terpadat, mencatatkan jumlah korban tertinggi. Hanya dalam waktu 24 jam—antara Rabu dan Kamis—sebanyak 63 orang dilaporkan meninggal, sebagian besar akibat tertimpa reruntuhan bangunan, tersengat listrik, atau tenggelam oleh arus deras.

Anak-anak Ikut Jadi Korban
Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA) melaporkan bahwa lebih dari 85 korban adalah anak-anak. Situasi begitu genting, hingga kota Rawalpindi mengumumkan libur umum dan menyerukan warga untuk tetap di dalam rumah, sembari mengevakuasi wilayah bantaran sungai yang kian terancam.

Peringatan Dini yang Menjadi Nyata
Banjir kali ini tidak hanya membanjiri pemukiman—tetapi menghapus batas antara daratan dan air. Di Chakwal, curah hujan mencapai 400 mm dalam sehari, menjadikan jalanan seperti kanal. Rekaman video dari otoritas setempat menunjukkan anak-anak digendong dalam rakit karet, sementara helikopter militer menyisir udara untuk mencari korban yang terperangkap.

Di Sargodha, Mahar Hammad, seorang pedagang sayur, nyaris tak mampu menahan tangis. “Rumah dan seluruh dagangan saya tenggelam. Saya kehilangan segalanya. Hidup saya yang sederhana kini hancur dalam hitungan jam,” tuturnya.

Darurat Nasional, Militer Dikerahkan
Pemerintah mengumumkan status darurat di sejumlah wilayah Punjab, termasuk Lahore, Jhelum, dan Sargodha. Jalan tol lumpuh, penerbangan dibatalkan, sekolah ditutup, dan sebagian wilayah sudah kehilangan akses listrik serta air bersih. Tujuh kamp bantuan darurat telah didirikan, menyediakan makanan, tempat berlindung, dan layanan kesehatan.

News Feed