English English Indonesian Indonesian
oleh

Waspadai Bediding di Musim Kemarau, Suhu Dingin Bisa Picu Gangguan Kesehatan

FAJAR, JAKARTA–Fenomena bediding atau suhu dingin saat malam hingga pagi hari selama musim kemarau kembali dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia. Terutama di dataran tinggi dan wilayah pegunungan seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, serta Nusa Tenggara.

Meski kerap dianggap sebagai hal yang lumrah, para pakar kesehatan mengingatkan bahwa perubahan suhu ekstrem ini berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat.

dr. Wachyudi Muchsin, S.Ked., S.H., M.Kes., C.Med., pemerhati kesehatan yang aktif dalam edukasi publik mengungkapkan bahwa fenomena bediding dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, serta penderita penyakit kronis.

“Saat malam dan dini hari, suhu bisa turun secara drastis hingga di bawah 18 derajat Celsius. Kondisi ini bisa menyebabkan penurunan sistem imun, sehingga tubuh lebih rentan terhadap serangan virus dan bakteri,” ungkap dr. Wachyudi saat diwawancarai pada Jumat (18/7).

Dokter Koboi, sapaan Wachyudi Muchsin mengatakan, fenomena bediding secara ilmiah disebabkan oleh minimnya tutupan awan di musim kemarau, yang membuat panas dari permukaan bumi cepat dilepaskan ke atmosfer pada malam hari. Akibatnya, suhu udara menurun signifikan dalam waktu singkat, khususnya di pagi hari sebelum matahari terbit.

BMKG mencatat, di beberapa wilayah pegunungan, suhu minimum bahkan bisa mencapai 14°C. Hal ini menimbulkan perubahan suhu harian yang sangat kontras antara siang dan malam.

Menurut dr. Wachyudi, suhu dingin yang tidak ditangani dengan perlindungan yang memadai dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) seperti flu, batuk, pilek, dan radang tenggorokan.

News Feed