Namun, ini hanya dilakukan jika tekanan dalam rahim terlalu tinggi dan berisiko menyebabkan kelahiran prematur.
Selain itu, kata dia, dokter juga bisa meresepkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi produksi cairan ketuban.
“Jika kondisi ibu atau bayi sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan kehamilan, kita bisa mempertimbangkan induksi persalinan atau operasi caesar demi keselamatan keduanya,” kata Dr. Nasrudin.
Menurutnya, polihidramnion dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, pecahnya ketuban sebelum waktunya, hingga gangguan pernapasan pada bayi setelah lahir. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi.
Sebagai langkah pencegahan, Dr. Nasrudin mengimbau ibu hamil untuk menjalani gaya hidup sehat, menjaga berat badan ideal, dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
“Dengan pemantauan yang baik, kita bisa mengurangi risiko polihidramnion dan memastikan kesehatan ibu serta bayi tetap terjaga,” tutupnya.
Dokter Spesialis obstetri dan ginekologi di RS Primaya IVF, Dr. dr. Samrichard Rambulangi, Sp.OG, Subsp. FER, mengungkapkan salah satu obat yang bisa digunakan ketika penyakit ini datang saat ibu sedang mengandung adalah indometasin, yang bekerja dengan menekan produksi urine janin.
“Namun, penggunaannya harus diawasi ketat karena memiliki efek samping,” tambah Dr. Samrichard.
Jika polihidramnion mencapai tingkat yang membahayakan ibu dan janin, langkah terakhir yang mungkin diambil adalah persalinan lebih awal.
Dr. Samrichard menambahkan bahwa tidak semua kasus polihidramnion berujung pada komplikasi berat.
“Pada kondisi ringan hingga sedang, ibu hamil tetap bisa menjalani kehamilan dengan baik asalkan mendapatkan pemantauan rutin dan mengikuti anjuran medis,” ujarnya.