Upaya ini bukan tanpa tantangan. Salah satunya adalah pembenahan basis data kepegawaian yang selama ini tambal-sulam. Validasi ulang dan digitalisasi rekam jejak ASN menjadi langkah awal sebelum sistem penilaian 360 derajat diterapkan.
Bertaruh pada Generasi Muda
Salah satu terobosan yang ditawarkan Juwanda adalah melibatkan ASN muda dalam struktur pelaksana reformasi. Bagi dia, anak muda menawarkan dua hal yang sulit dicari dalam birokrasi lama: energi dan ide segar.
“Kombinasi ideal itu antara senior yang tahu sistem dan junior yang tahu teknologi. Keduanya harus jalan bareng,” jelas Juwanda.
Untuk itulah Pemkot berencana membentuk tim pelaksana digitalisasi kepegawaian lintas generasi. Di dalamnya, Sekda akan menjadi Ketua, Asisten sebagai Ketua Harian, dan OPD teknis menjadi penggerak utama implementasi.
Inspirasi dari Jawa Barat dan Harapan di Ujung Lorong
Juwanda juga membawa studi kasus Jawa Barat, provinsi yang telah lebih dulu menerapkan sistem merit digital dengan pendekatan 360-degree review. Dalam sistem ini, ASN dinilai oleh atasan, rekan sejawat, bawahan, serta masukan publik. Hasilnya bukan hanya memperbaiki akuntabilitas, tapi juga membangun kultur kerja yang lebih terbuka.
Makassar ingin meniru bahkan melampaui itu. Kota ini punya modal: komitmen kepemimpinan yang kuat dan ekosistem digital yang terus berkembang.
Namun seperti reformasi di tempat lain, sukses program ini sangat bergantung pada satu hal: political will dan konsistensi eksekusi.
Bagi Munafri, ini adalah taruhan yang layak dicoba. “Kalau sistem ini berhasil, kita tidak hanya punya birokrasi yang efisien, tapi juga punya ASN yang bangga dan dihargai karena kinerjanya,” ucapnya menutup audiensi.