FAJAR, MAKASSAR — Skor akhir 0-1 bukan segalanya. Setidaknya begitu narasi yang coba dibangun pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, usai laga uji coba kontra klub asal Liga Super Malaysia, Kuching City FC. Kekalahan itu memang pahit, namun di balik angka yang terpampang di papan skor, tersimpan banyak eksperimen senyap dari sang arsitek asal Portugal.
Pertandingan itu digelar tertutup. Tak ada sorakan suporter, tak ada kerumunan jurnalis. Namun dari balik pagar latihan, tersusun strategi dan pengujian. Bagi Tavares, ini bukan sekadar laga uji coba. Ini adalah momen untuk menyaring potensi, meraba kelemahan, dan mencatat apa saja yang perlu dibenahi jelang musim kompetisi baru. Apalagi lawannya Kuching City FC
“Bukan tentang kalah-menang,” begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan tim pelatih. Lebih dari itu, laga ini adalah ruang belajar bagi pemain, terutama bagi nama-nama baru yang mulai menapakkan kaki di skuad utama.
Catatan Pemain Lokal Baru
Rifki Dwi Septiawan, Resky Fandi Witriawan, dan Tedja Kusuma Aryatama. Tiga nama ini mungkin belum begitu akrab di telinga publik Makassar. Mereka bukan rekrutan papan atas yang diburu media nasional. Tapi bagi Tavares, mereka adalah proyek jangka panjang yang layak diberi panggung sejak dini.
Tedja, misalnya. Tavares selalu percaya jika pemain muda yang ingin bekerja keras punya potensi berkembang dan bisa meningkat. Begitulah Tavares. Tidak banyak pelatih yang berani memberi kepercayaan besar pada pemain lokal yang belum punya nama besar, apalagi di klub sebesar PSM Makassar. Tapi Tavares tak gentar, ia tahu, PSM butuh kedalaman skuad, bukan sekadar pemain bintang.