FAJAR, SEOUL – Perempuan Korea Selatan tercatat sebagai yang paling enggan memiliki anak di antara negara-negara maju. Ini berdasarkan studi internasional yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Laporan awal dari Korean Women Development Institute (KWDI) pada Rabu (16/7) menyebutkan, keinginan perempuan Korea untuk punya anak hanya 1,58 dari skala 5, terendah di antara delapan negara dalam survei panel keluarga.
Sementara itu, pria Korea mencatat skor 2,09—menunjukkan adanya kesenjangan gender terbesar terkait keinginan memiliki anak dibandingkan negara lain seperti Jerman, Inggris, dan Denmark.
“Kesenjangan gender dalam hal menjadi orang tua di Korea sangat tinggi, bahkan saat masyarakatnya menganggap anak itu penting,” ujar Presiden KWDI, Kim Jong Sook.
Ironisnya, meskipun keinginan rendah, masyarakat Korea Selatan justru paling menganggap penting peran anak dalam hidup yang bahagia, dengan skor perempuan 2,93 dan pria 3,08—tertinggi dibanding semua negara yang disurvei.
Tekanan Sosial dan Gender
Survei ini merupakan bagian dari proyek global Generation and Gender Survey oleh Komisi Ekonomi PBB untuk Eropa. Studi di Korea melibatkan 2.634 responden berusia 19–59 tahun melalui wawancara langsung dan daring.
Temuan ini menggarisbawahi paradoks sosial di Korea: norma budaya yang menjunjung tinggi keluarga, namun di sisi lain struktur sosial dan ekonomi dianggap belum ramah terhadap perempuan yang ingin menjadi ibu.
Tingkat Kelahiran Terendah di Dunia
Meski sempat naik tipis menjadi 0,82 anak per perempuan pada awal 2025, Korea Selatan tetap menjadi negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Angka ini jauh di bawah batas penggantian populasi 2,1 anak per perempuan, standar yang dibutuhkan agar populasi tetap stabil.