FAJAR, JAKARTA – Kekhawatiran masyarakat terhadap peredaran beras oplosan kembali mencuat. Beras yang dicampur plastik, resin sintetis, atau bahan pemutih tak hanya merugikan ekonomi rumah tangga, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan.
Kini yang lebih meresahkan, beras oplosan kerap tampil seperti beras asli—putih bersih, tidak berbau, dan terasa normal saat dimasak. Namun di balik tampilannya, bisa saja terkandung bahan kimia berbahaya.
Untungnya, ada sejumlah uji sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk mendeteksi beras palsu. Metode ini tidak memerlukan alat laboratorium dan bisa menjadi langkah awal menjaga keamanan pangan keluarga. Dikutip dari greenmoksha.com dan tribuneindia.com, seperti ini cara mengujinya.
- Uji Air: Apakah Beras Mengapung?
Tuang segenggam beras ke dalam segelas air bening suhu ruang. Beras asli akan tenggelam.
Beras palsu yang mengandung plastik bisa mengapung. - Uji Api: Bau Gosong atau Bau Plastik?
Bakar satu sendok beras menggunakan korek api.
Beras asli akan mengeluarkan bau hangus seperti organik terbakar. Beras oplosan akan berbau plastik dan bisa meleleh seperti resin. - Uji Minyak Panas: Meleleh atau Tetap Keras?
Masukkan beberapa butir beras ke dalam minyak goreng panas. Beras asli tetap keras dan tidak berubah bentuk. Beras palsu bisa meleleh atau mengambang. - Uji Jamur: Busuk atau Tetap Kering?
Masak beras seperti biasa, lalu simpan sebagian dalam wadah tertutup di suhu ruang selama 2–3 hari. Beras asli akan membusuk atau ditumbuhi jamur. Beras sintetis bisa tetap kering, tanpa tanda pembusukan. - Uji Tumbuk: Serbuk atau Serpihan?
Haluskan beberapa butir beras dengan cobek atau alat tumbuk tangan. Beras asli akan menjadi tepung putih halus. Beras oplosan bisa menghasilkan serpihan kasar atau partikel aneh seperti plastik.
Tetap Waspada
Meski kasus beras plastik seringkali sulit dibuktikan secara luas, kewaspadaan tetap penting. Selalu beli dari toko terpercaya, cek label kemasan, dan lakukan pengujian mandiri secara berkala.
Keamanan pangan keluarga dimulai dari kesadaran konsumen. Jangan ragu memeriksa beras yang Anda konsumsi—lebih baik waspada daripada menyesal. (*)