FAJAR, JAKARTA — Di tengah sorak-sorai kemenangan Garuda Muda atas Brunei Darussalam, ada satu sosok yang berdiri tenang dalam sunyi, nyaris tak tersorot. Namanya Muhammad Ardiansyah. Penjaga gawang asal PSM Makassar itu melakoni debutnya di Piala AFF U-23 2025 tanpa harus mencicipi tekanan.
Kemenangan 8-0 yang dibukukan Timnas Indonesia U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa malam (15/7), menjadi awal sempurna perjalanan anak asuh Gerald Vanenburg. Akan tetapi, bagi Ardiansyah laga itu seperti pertunjukan yang ia saksikan dari tengah panggung: tanpa peran besar yang diminta.
Brunei hanya mencatatkan tiga tembakan selama 90 menit. Semuanya meleset dari gawang. Ardiansyah berdiri, bersiap, tetapi tak pernah benar-benar diuji. Ia menjadi “penonton terbaik”. Menyaksikan parade gol dan dominasi rekan-rekannya dari posisi terdepan.
Statistik tak berbohong. Indonesia menggenggam 84 persen penguasaan bola, melepaskan 28 tembakan dengan 14 tepat sasaran. Sebaliknya, lawan mereka tak mampu menebar ancaman serius.
Ardiansyah tidak mencatat satu pun penyelamatan. Itu bukan karena kelalaian, tetapi karena Brunei tak pernah mendekat.
Akan tetapi, dalam dunia sepak bola ketenangan semacam itu juga ujian. Bukan soal refleks atau reaksi, tetapi soal fokus, kesabaran, dan kesiapan saat ancaman bisa datang tiba-tiba.
Pemanasan Mental
Meski tanpa aksi heroik, pertandingan perdana ini menjadi bekal mental penting bagi Ardiansyah. Ia menjaga clean sheet, sebuah awal yang menjanjikan untuk turnamen yang belum lama dimulai. Akan tetapi, cerita sesungguhnya belum ditulis.