English English Indonesian Indonesian
oleh

Serangan Israel di Gereja Keluarga Kudus: Saat Gaza Tak Lagi Punya Tempat Aman

FAJAR, GAZA – Suara dentuman kembali mengoyak langit Gaza pada Kamis  (17/7). Tapi kali ini, bukan rumah sakit atau kamp pengungsi yang menjadi sasaran. Gereja Keluarga Kudus — satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza, Palestina — dihantam serangan udara Israel, menewaskan dua perempuan dan melukai enam orang lainnya. Salah satunya adalah Pastor Gabriele Romanelli, imam paroki yang dikenal rajin mengabarkan situasi Gaza kepada mendiang Paus Fransiskus.

Gereja yang selama berbulan-bulan menjadi tempat berlindung warga sipil itu kini porak-poranda. Dindingnya retak, kaca jendela berserakan, dan aroma debu bercampur asap masih pekat menggantung. Anak-anak yang bersembunyi di ruang bawah tanah tak lagi menangis. Mereka hanya memeluk lutut, diam, mata kosong.

Kabar serangan ini cepat menyebar, hingga menggetarkan Roma. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, lewat akun X-nya melontarkan salah satu kritik paling keras terhadap Israel sejak agresi dimulai Oktober lalu. “Serangan terhadap Gereja Keluarga Kudus ini sungguh tak bisa diterima,” tulisnya. “Tidak ada aksi militer yang bisa membenarkan kekejaman semacam ini.”

Pernyataan Meloni menjadi sinyal perubahan nada. Italia yang selama ini cenderung berhati-hati, kini mulai terang-terangan mengecam. Sikap itu tak lepas dari fakta bahwa banyak warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, terus menjadi korban, dan fasilitas sipil — dari sekolah, rumah sakit, hingga tempat ibadah — tak lagi punya imunitas.

Gereja Keluarga Kudus bukan bangunan biasa. Ia adalah simbol harapan bagi minoritas Kristen di Gaza, dan tempat terakhir yang diyakini aman oleh ratusan pengungsi. Serangan ke sana mematahkan lebih dari sekadar batu-bata — ia menghancurkan rasa percaya terhadap kemanusiaan itu sendiri.

News Feed