FAJAR, JAKARTA– Tiga turnamen internasional dalam waktu nyaris bersamaan. Hal itu jadi pekerjaan rumah yang tak ringan bagi sepak bola putri Indonesia. Untuk itu, PSSI memilih membagi beban. Kepelatihan dipecah. Figur-figur pelatih baru diturunkan. Struktur dirombak. Dan satu nama asing kembali diberi peran strategis.
Pekan ini, PSSI secara resmi mengumumkan perubahan struktur pelatih Timnas Putri Indonesia di semua kelompok usia. Langkah itu, menurut Exco PSSI Vivin Cahyani Sungkono, bukan hanya soal kesiapan kompetisi, tapi bagian dari transformasi sistemik jangka panjang.
“Pemisahan pelatih penting agar tiap kelompok usia fokus dengan target masing-masing,” kata Vivin.
Perubahan paling menonjol adalah penunjukan Satoru Mochizuki sebagai technical advisor Timnas Putri. Pelatih asal Jepang itu bukan wajah baru dalam dunia pembinaan sepak bola Asia. Ia disebut-sebut sebagai sosok yang metodis dan tajam dalam membaca dinamika permainan modern. Dalam konteks Timnas Putri Indonesia, Mochizuki akan menjadi arsitek tak kasat mata dalam membangun sistem dari balik layar.
Pembagian Tugas, Pembagian Risiko
Kebijakan PSSI kali ini terasa sebagai reaksi sekaligus strategi. Dalam satu waktu, Timnas Putri Indonesia harus turun di Piala AFF U-16, Piala ASEAN Senior, dan Kualifikasi Piala Asia U-20 2026. Ketiganya dalam rentang Agustus hingga Oktober. Jika tak dipecah, satu tim pelatih akan dipaksa kerja tiga kali lipat, tanpa jaminan hasil maksimal.
Solusinya: tiga pelatih kepala untuk tiga level usia.