FAJAR, JAKARTA — Di tengah sorot lampu dan tepuk tangan yang membahana di Auditorium Mutiara STIK-PTIK Polri, Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025) nama seorang perwira polisi perempuan dari Sulawesi Selatan disebut. Iptu Andi Sri Ulva Baso berdiri tegak. Bukan hanya sebagai penerima Hoegeng Awards 2025 kategori Polisi Inovatif, tetapi sebagai simbol keberanian melawan korupsi dari balik meja pelayanan.
Inovasinya sederhana, namun radikal: Meja Tanpa Laci. Sebuah gagasan yang lahir dari kegelisahan, dibentuk oleh idealisme, dan diperjuangkan dengan keteguhan hati. Di era di mana transparansi menjadi tuntutan, Ulva memilih tidak hanya berkata, tetapi bertindak.
Gagasannya bukan sekadar desain furnitur. “Meja Tanpa Laci” adalah simbol. Ia meniadakan ruang tersembunyi untuk praktik pungli. Tidak ada lagi tempat menyelipkan uang “terima kasih”, tidak ada ruang kompromi untuk kejahatan kecil yang berdampak besar.
Meja-meja itu kini tersebar di ruang pelayanan Polsek Panakkukang, Unit PPA Polres Takalar, hingga Regident Polda Sulsel. Ini menjadi bukti bahwa reformasi bisa berakar dari satu orang yang cukup berani untuk memulainya.
Cibiran Tak Goyahkan Langkah
Namun, jalan menuju perubahan tidak pernah sepi tantangan. Ulva dicibir, bahkan dijuluki “KPK tingkat kecamatan”. Sindiran itu datang dari luar, bahkan dari internal. Akan tetapi, ia tak mundur.
“Perubahan itu memang tidak semua orang siap menerima,” ucapnya dalam salah satu wawancara kandidat Hoegeng Awards. “Tapi saya tetap jalan. Karena bagi saya, yang penting saya tidak menyusahkan masyarakat.”