Ketegangan di Hotel Waldorf
Satu kisah heroik yang melekat dalam ingatan banyak rekan seangkatan Sjafrie adalah insiden pengamanan Presiden Soeharto di PBB, New York, awal 1990-an. Kala itu, Sjafrie bertugas di Grup A Paspampres, mengawal presiden yang sedang menjabat Ketua OKI.
Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin, tiba-tiba muncul di Hotel Waldorf Towers lantai 41, ingin bertemu Soeharto. Namun, langkah Rabin bersama pengawal Mossad-nya yang arogan dan melanggar protokol langsung dicegat oleh Sjafrie dan tim.
Situasi memanas ketika seorang pengawal Mossad mencabut senjata otomatis Uzi, menodongkannya ke perut Sjafrie sambil mencengkeram lehernya. Akan tetapi, Sjafrie lebih cepat. Pistol Baretanya telah lebih dahulu menempel di perut lawan.
Dua personel Paspampres lain juga bersiaga. Dunia nyaris menyaksikan adu tembak Indonesia-Israel di lift hotel AS.
Sang pengawal akhirnya menyerah. Dengan napas teratur, dia hanya berkata, “Sorry, I understand it.” Ketegangan mereda. PM Rabin pun akhirnya mau menunggu 15 menit sesuai protokol.
Dari Medan Operasi ke Kursi Menteri
Setelah pensiun dari dinas aktif, Sjafrie tak meninggalkan dunia pertahanan. Ia menjabat sebagai Wamenhan pada 2010-2014, lalu menjadi Asisten Khusus Menhan sebelum dipercaya sebagai Menhan penuh sejak Oktober 2024.
Sebagai tokoh strategis, Sjafrie dikenal tenang, loyal, dan tajam membaca peta global. Keberhasilannya memperkuat kemitraan dengan Prancis bukan sekadar diplomasi administratif, tetapi bagian dari strategi memperkuat matra udara dan laut Indonesia di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.