English English Indonesian Indonesian
oleh

Kisah Nyata Tiga Bersaudara Nikah Kembar Asal Makassar Diangkat Jadi Film “Jodoh 3 Bujang”

Salah satu bagian paling lucu dan menyentuh dalam film ini adalah ketika Hj. Hamira menunjukkan foto calon yang dijodohkan kepada Fadly. Namun, foto tersebut ternyata sudah diambil 10 tahun lalu.

“Dia bilang, ‘Ih, mamak sembarangnya!’,” kata Hj. Hamira tertawa mengenang kejadian itu.

Film ini tidak hanya menyajikan hiburan, tapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar, termasuk tradisi uang panai yang menjadi syarat penting dalam pernikahan.

Hj. Hamira menjelaskan bahwa uang panai bisa menjadi tolok ukur keikhlasan dan keseriusan seseorang dalam melamar gadis Bugis.

“Kalau orangnya suka, ya uang panai tidak minta yang terlalu berlebihan. Tapi kalau tidak suka, biasanya dinaikkan supaya tidak jadi. Ini cara halus untuk menolak,” katanya.

“Jodoh 3 Bujang” diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Futih Aljihadi. Film ini menampilkan jajaran aktor muda dan senior seperti Jourdy Pranata, Christoffer Nelwan, Rey Bong, Maizura, Barbie Arzetta, hingga Cut Mini dan Arswendy Bening Swara.

Kombinasi pemain ini memperkuat nilai drama dan komedi dalam cerita. Konflik dalam film mulai memuncak ketika calon istri Fadly tiba-tiba dijodohkan oleh keluarganya dengan pria lain yang lebih mapan.

Dari situlah misi pencarian jodoh dalam waktu singkat pun dimulai, demi menyelamatkan rencana nikah kembar keluarga mereka.

Film ini sukses menarik perhatian publik dan hingga kini telah ditonton oleh lebih dari 525 ribu orang. Ceritanya yang ringan, menghibur, sekaligus menyentuh hati banyak orang karena dekat dengan realita pencarian jodoh dan tekanan tradisi yang masih kental di banyak daerah.

News Feed