Persaingan antara produsen mobil listrik China disebut juga “race to the bottom,” yaitu persaingan yang dapat membawa industri mobil listrik China kembali ke posisi awal atau periode awal pemgembangan mobil listrik China.
Price war yang mengarah pada predatory pricing dalam industri mobil listrik China mendorong presiden China, Xi Jinping mengambil langkah strategis, yaitu menyelamatkan ekosistem industri mobil listrik China dari persaingan harga yang tidak sehat.
Langkah yang sama juga dapat dilakukan oleh presiden Prabowo, yaitu mengintervensi ekosistem digital nasional untuk menghindari praktik predatory pricing yang dapat merusak keseluruhan ekosistem digital nasional dengan Gross Merchandise Value (GMV) mencapai 90 milyar dollar AS tahun 2024.
Instrumen yang dapat digunakan adalah penerapan Tarif Batas Bawah (TBB) dan Tarif Batas Atas (TBA) terhadap mitra driver dan konsumen. Dimana tarif TBB dimaksudkan untuk melindungi mitra pengemudi. Kemudian TBA digunakan sebagai instrumen untuk melindungi konsumen dari penerapan harga sangat tinggi oleh operator platform digital.
Selama ini, pemerintah melalui kementerian perhubungan telah menetapkan TBB terhadap mitra driver sebesar 10.400 IDR pada empat kilometer (km) pertama dan selanjutnya sebesar 2.000 IDR per km setelahnya. Aturan TBA juga ditetapkan sebesar 2.700 IDR per km pada km kelima hingga ke tempat tujuan pengantaran baik makanan, barang maupun orang.
Selain itu, penyedia platform juga menerapkan harga sewa jasa aplikasi kepada konsumen akhir. Pembayaran jasa aplikasi sebesar 2.000 IDR per pengguna digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan teknologi aplikasi dan data security (pengamanan data).