English English Indonesian Indonesian
oleh

Membentuk Generasi yang Tangguh dalam Arus Zaman Digital

Oleh: Riska Nilmalasari DA
Guru SMA Islam Athirah 1 Makassar

Di tengah derasnya arus globalisasi, digitalisasi, dan derasnya pertukaran budaya melalui media sosial, tantangan dalam membentuk generasi yang tangguh semakin kompleks. Generasi muda hari ini hidup dalam dunia yang bergerak cepat, penuh distraksi, dan terpapar berbagai tren yang dapat membentuk cara pandang mereka terhadap hidup.

Maka muncul satu pertanyaan penting: bagaimana kita membentuk generasi yang bukan hanya cerdas, tetapi juga tangguh secara moral, spiritual, dan sosial?

Titik awal dari pembentukan generasi yang tangguh adalah kesadaran. Kesadaran akan nilai, jati diri, dan tujuan hidup. Kesadaran inilah yang melahirkan pemahaman, dan dari pemahaman itu akan tumbuh komitmen. Pemahaman yang kuat akan jati diri seorang Muslim menjadi benteng pertama yang melindungi generasi muda dari pengaruh negatif zaman. Generasi yang memiliki kesadaran beragama akan lebih mudah membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mana yang bermanfaat dan mana yang merusak.

Dalam konteks ini, peran tiga institusi penting tidak bisa diabaikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya merupakan pilar utama penjagaan kepribadian Islam individu. Keluarga adalah madrasah pertama yang menanamkan nilai-nilai dasar Islam seperti kejujuran, tanggung jawab, dan adab. Sekolah memperkuatnya dengan ilmu dan pembiasaan.

Sementara masyarakat menjadi ruang praktik dan pembuktian karakter.
Namun, tantangan hari ini bukanlah hal sepele. Kita hidup di era di mana tren seperti YOLO (You Only Live Once) dan FOMO (Fear of Missing Out) menjadi gaya hidup banyak anak muda. Prinsip-prinsip ini kerap mendorong perilaku instan, konsumtif, bahkan permisif. Banyak yang merasa harus mencoba segalanya sekarang juga, tanpa mempertimbangkan nilai, konsekuensi, atau tujuan jangka panjang. Jika tidak disikapi dengan bijak, tren ini bisa mengikis kepribadian Islami yang seharusnya menjadi fondasi dalam hidup.
Dalam menghadapi tantangan ini, kesadaran berislam yang utuh adalah kunci. Islam bukan hanya identitas formal atau rutinitas ibadah, melainkan sistem nilai yang harus hidup dalam setiap keputusan dan tindakan. Ketika Islam dijadikan sebagai kompas hidup, generasi muda tidak akan mudah hanyut dalam arus tren yang menyesatkan. Mereka akan mampu memilah dan memilih apa yang sesuai dengan ajaran Islam.

Peran negara juga sangat penting dalam menjaga arah moral generasi muda. Negara sebagai pengatur sistem sosial dan pendidikan memiliki kewajiban untuk membangun kebijakan yang mendukung terbentuknya karakter Islami. Namun, negara tidak bisa bekerja sendiri. Perlu ada kolaborasi yang kuat antara institusi keluarga, pendidikan, tokoh agama, dan komunitas masyarakat. Kolaborasi inilah yang akan menciptakan ekosistem nilai yang konsisten dan menguatkan.

Pendidikan karakter berbasis Islam perlu menjadi ruh dari sistem pendidikan nasional. Sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta, harus menjadi tempat yang tidak hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga membentuk kepribadian. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga teladan dan pembimbing moral.

Sistem reward and punishment harus dibangun dengan pendekatan yang mendidik, bukan sekadar menghukum.
Di sisi lain, keluarga sebagai institusi terdekat dengan anak harus menjadi tempat yang aman dan penuh cinta, namun tetap tegas dalam menanamkan prinsip hidup Islami. Orang tua perlu menjadi teladan utama. Komunikasi, pembiasaan ibadah, dan keterlibatan dalam aktivitas anak harus menjadi bagian dari keseharian.

Masyarakat pun tidak boleh lepas tangan. Lingkungan sosial yang mendukung tumbuhnya keimanan dan ketakwaan akan memperkuat identitas anak. Program-program dakwah kreatif, komunitas positif, hingga ruang-ruang ekspresi Islami yang relevan dengan dunia anak muda akan sangat membantu.

Akhirnya, membentuk generasi tangguh bukanlah pekerjaan instan. Ini adalah proses panjang, kolektif, dan konsisten. Generasi yang tangguh bukan mereka yang tak pernah jatuh, tapi mereka yang tahu bagaimana bangkit dengan nilai. Mereka bukan hanya yang kritis dalam berpikir, tetapi juga kuat dalam menjaga akidah dan akhlak. Mereka bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga pembawa risalah Islam dalam setiap langkah hidup.
Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, dan generasi muda adalah pewaris utama peradaban ini.

Maka, sudah saatnya kita serius membekali mereka dengan kesadaran, pemahaman, dan nilai. Karena hanya dengan itu, mereka akan tumbuh menjadi pribadi insan kamil: manusia yang utuh secara ruhani, intelektual, dan sosial.

Generasi tangguh adalah generasi yang beriman, berilmu, dan beramal. Bukan hanya siap menghadapi zaman, tetapi juga mampu membentuknya.
Wallahu’alam Bishowwab….

News Feed