FAJAR, MAKASSAR – Di tengah ketidakpastian masa depannya, Kenzo Nambu memilih mengunggah potongan kenangan. Tepat pada Rabu, 16 Juli 2025, pemain asal Jepang itu membagikan video berdurasi delapan menit 20 detik di akun Instagram-nya. Isinya: cuplikan-cuplikan terbaik saat mengenakan seragam PSM Makassar.
Video itu bukan sekadar nostalgia. Ia semacam isyarat rindu. Rindu pada atmosfer stadion, teriakan suporter di tribun, dan tentu saja pelukan rekan-rekannya saat mereka menjadi kampiun Liga 1 musim 2022/2023—yang kini berganti nama menjadi Liga Super Indonesia.
Bagi Kenzo, PSM bukan hanya klub. Ia adalah titik tolak. Klub profesional pertamanya di Indonesia, sekaligus tempat di mana namanya mulai diperhitungkan. Di bawah arahan pelatih asal Portugal, Bernardo Tavares, Kenzo menjelma menjadi senjata mematikan. Dialah “Samurai dari Jepang” yang memberi warna berbeda dalam permainan Pasukan Ramang.
Namun musim gemilang itu juga menjadi awal dari perpisahan. Di tengah euforia juara, nama Kenzo jadi incaran. Banyak klub membidiknya. Bali United yang akhirnya memenangkan perburuan. Tapi kisahnya di Pulau Dewata tak semegah di Makassar.
Bersama Bali, Kenzo tak menemukan ritme. Performa yang dianggap menurun, tekanan sebagai pemain asing yang harus selalu tampil lebih dari pemain lokal, membuat ia tak bertahan lama. Hanya setengah musim.
Musim berikutnya, ia mencoba peruntungan ke tim timur lain—Borneo FC Samarinda. Sekali lagi, tekadnya menggebu. Tapi semangat saja tidak cukup. Tak ada tawaran perpanjangan. Kenzo kembali tanpa klub.