FAJAR, MADRID – Spanyol kembali diguncang gelombang panas ekstrem yang merenggut lebih dari seribu nyawa hanya dalam waktu dua bulan. Otoritas menggambarkan situasi ini bak “neraka bocor”, mengingat suhu di beberapa wilayah melampaui ambang batas aman bagi kesehatan.
Data dari Kementerian Lingkungan Spanyol mencatat sebanyak 1.180 kematian terjadi selama periode gelombang panas terbaru yang melanda negeri matador tersebut.
Angka ini melonjak drastis dibandingkan periode yang sama tahun 2024 lalu, yang hanya mencatat 70 kematian. Fenomena ini sekaligus menjadi peringatan serius akan dampak nyata perubahan iklim global.
Lansia Jadi Korban Terbanyak
Mayoritas korban adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun. Lebih dari setengah di antaranya merupakan perempuan.
“Ini adalah kelompok paling rentan terhadap stres panas dan dehidrasi,” tulis laporan dari Carlos III Health Institute.
Wilayah Sejuk Ikut Terpanggang
Yang mengejutkan, wilayah utara Spanyol seperti Galicia, La Rioja, Asturias, dan Cantabria, yang selama ini dikenal beriklim sejuk, kini menjadi zona panas paling terdampak.
Suhu di sejumlah daerah mencapai 40°C, memicu peningkatan risiko gagal organ, serangan jantung, dan komplikasi kesehatan lainnya—terutama bagi penderita penyakit kronis.
Peringatan Bahaya
Selama periode dua bulan terakhir, otoritas Spanyol telah mengeluarkan 76 peringatan bahaya untuk panas ekstrem. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, tidak ada peringatan yang dikeluarkan.
“Gelombang panas kini bukan lagi anomali, melainkan ancaman tahunan yang mematikan,” tulis laporan The Independent, mengutip pejabat lingkungan setempat.