“Ini momentum yang menggerakkan ekonomi masyarakat. UMKM, penginapan, pedagang kaki lima, semua merasakan dampaknya. Kehadiran artis dan berbagai kegiatan memang menjadi daya tarik besar,” ujarnya.
Festival kali ini juga menghadirkan berbagai aktivitas partisipatif, seperti lomba menggambar, mewarnai, cerdas cermat untuk pelajar, serta lomba memasak antar SKPD yang melibatkan ibu-ibu. Seluruh kegiatan dirancang bertepatan dengan masa libur sekolah agar mampu menjangkau keluarga secara luas.
Salah satu pembaruan yang mencuri perhatian adalah karnaval budaya, menggantikan konsep karnaval bunga yang diusung pada tahun-tahun sebelumnya. Karnaval budaya ini menampilkan kekayaan tradisi dari empat etnis besar di Sulawesi Selatan, lengkap dengan busana adat yang memukau.
“Kami ingin menghadirkan warna baru. Melalui tema Colours of Culture, kami mengangkat keberagaman budaya dan kuliner Sulsel. Ini membedakan Beautiful Malino dari festival lain,” terang Husniah.
Siap Dievaluasi, Siap Ditingkatkan
Menutup rangkaian festival, Bupati Gowa menyatakan pihaknya akan segera melakukan evaluasi menyeluruh untuk mempersiapkan Beautiful Malino 2026 yang lebih baik dan lebih besar.
“Kita akan evaluasi semua aspek. Dan ke depan, saya mengajak seluruh masyarakat Sulsel untuk ikut terlibat, tidak hanya sebagai penonton tapi juga sebagai pelaku. Semua daerah punya potensi untuk kita tampilkan bersama di sini,” pungkasnya. (sae)