Bukan Iran atau Israel yang ingin saya bicarakan sepenuhnya, tetapi tentang kita. Tentang bagaimana kita memosisikan diri dalam arus besar sejarah. Tentang bagaimana kita menata kembali akal, hati, dan empati. Sebab, bila kita tak berpikir jernih hari ini, generasi kita akan tumbuh dalam gelap yang diwariskan dari ponsel, bukan dari nurani.
Dan dunia akan terus terluka… tanpa keberanian untuk berpihak.
Mungkin, satu-satunya cara menyembuhkan nalar adalah berhenti sebentar. Diam, baca, renungkan, lalu tanyakan pada diri: “Keberpihakan macam apa yang aku wariskan?”
*Penulis adalah aktivis mahasiswa di Makassar era 1990-an