Jadi, masyarakat atau calon jemaah yang menentukan. Apakah mau memilih lewat jalur laut atau udara.
Dia juga mengatakan, perjalanan dari Indonesia ke Saudi memakan waktu berhari-hari. Maka harus dipikirkan juga kegiatan selama dalam perjalanan. Misalnya diisi dengan pengajian atau sejenisnya.
Menurut Wawan, panjangnya durasi perjalanan laut menuju Saudi akan berdampak dengan biaya selama perjalanan. Jadi, belum bisa dipastikan haji lewat jalur laut bakal lebih murah dibandingkan lewat udara.
Terpisah, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkapkan, perjalanan umrah dan haji melalui jalur laut ini sebetulnya sudah lama diwacanakan. Namun, sejauh ini masih banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk menjadikan jalur laut ini sebagai salah satu opsi transportasi dalam pelaksanaan haji dan umrah.
Sejatinya, pemberangkatan haji dengan menggunakan jalur laut pun bukan hal baru. Menurut Menag, dulu, jamaah haji diangkut dengan menggunakan KM Belle Abeto hingga Gunung Djati. Tapi, saat itu, waktu yang dibutuhkan pun cukup lama. Yakni mencapai tiga hingga empat bulan. Hal ini yang kemudian masih jadi salah satu bahan pertimbangan terkait wacana menghidupkan jalur ini kembali.
“Nah, sekarang ini mungkin kapalnya lebih cepat ya. Tapi, kita masih banyak pertimbangan,” ungkapnya usai rapat tingkat menteri (RTM) soal penanganan kekerasan pada perempuan dan anak di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis, 10 Juli 2025.
Beda dari Indonesia yang masih banyak pertimbangan, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu menyebut jika negara tetangga seperti Malaysia telah terlebih dahulu mengeksplorasi penggunaan transportasi laut untuk jamaah umrah dan haji ini. Atau, misalnya, negara-negara yang memang secara geografis lebih dekat dengan Saudi. Sehingga, jalur laut merupakan opsi utama yang bisa digunakan.