English English Indonesian Indonesian
oleh

Swasembada Air Bersih dan Pemanfaatan Jambu Biji, Tim DPPM Dikti Edukasi Masyarakat di Gowa

FAJAR, GOWA — Tim Pengabdi dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Dikti melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat (PKM) di Dusun Jenemadingi, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

Program ini mengusung dua inovasi utama: penerapan teknologi tepat guna untuk penyaringan air sumur serta pemanfaatan tanaman herbal jambu biji sebagai teh penangkal diare dan stunting.

Air sumur merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat setempat. Sayangnya, sebagian besar warga masih mengonsumsi air sumur tanpa proses pengolahan, sehingga tidak memenuhi standar kualitas fisika, kimia, maupun biologi. Kondisi ini turut berkontribusi terhadap tingginya kasus diare dan stunting di wilayah tersebut.

Sasaran utama kegiatan ini adalah kelompok kader kesehatan di Dusun Jenemadingi sebagai mitra pelaksana.

Tim pengabdi terdiri dari: Ella Andayanie, SKM., M.Kes. (Ketua Tim, Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat FKM UMI), Annisa Junaid, ST., MT, dan Asmarani Harma, SKM., M.M.Kes. (Dosen Kesehatan Masyarakat STIKES Syekh Yusuf Al-Makassari Gowa).

Ketua tim, Ella Andayanie, menyampaikan bahwa kegiatan ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat melalui beberapa skema pendanaan: kontrak induk nomor 126/C3/DT.05.00/PM/2025 (tertanggal 28 Mei 2025), kontrak turunan 892/LL9/PPM/2025 (3 Juni 2025), dan 1482/C.06/UMI/VI/2025 (10 Juni 2025).

Desa Kampili, Kabupaten Gowa, juga telah disosialisasikan sebagai lokasi percontohan untuk penerapan teknologi penyaringan air sumur secara tepat guna.

Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa dari 175 kepala keluarga, mayoritas tidak melakukan pengolahan air sebelum dikonsumsi. Sebanyak 55,7% hanya mengendapkan air, dan 37,8% menyatakan tidak mengolah air karena alasan “malas”.

Akibatnya, prevalensi diare pada balita dan anak-anak cukup tinggi, yakni 65,5% pada 2023 dan meningkat menjadi 68,3% pada 2024. Selain itu, terdapat 35 kasus stunting (55%) yang salah satu pemicunya adalah kualitas air yang tidak layak konsumsi.

Annisa Junaid menjelaskan bahwa solusi yang ditawarkan meliputi penerapan teknologi filtrasi air yang sederhana dan ramah lingkungan, serta pemanfaatan daun jambu biji sebagai bahan baku teh herbal. Teh ini diyakini berkhasiat untuk mencegah diare dan mendukung penurunan angka stunting.

Sebanyak 15 kader kesehatan lingkungan turut dilibatkan dalam kegiatan ini, berperan aktif mendampingi masyarakat dalam penerapan teknologi penjernihan air dan pemanfaatan tanaman herbal.

Asmarani menambahkan bahwa jambu biji—atau jambu klutuk—adalah tanaman yang mudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Daunnya mengandung senyawa tannin, yang berdasarkan sejumlah penelitian terbukti efektif dalam mengatasi diare. Melalui inovasi ini, daun jambu biji diolah menjadi teh agar lebih mudah dikonsumsi masyarakat. (*)

News Feed