English English Indonesian Indonesian
oleh

Mewarisi Luka: Ketika Anak Lelaki Dijadikan Emas, Anak Perempuan Terluka

Mereka tumbuh dalam bayang-bayang ekspektasi, sementara kontribusinya kadang tak terlihat atau dianggap remeh.

Budaya yang terlalu menomorsatukan anak laki-laki, menurutnya, bisa menciptakan pribadi-pribadi yang cenderung egoistis dan merasa berhak atas segalanya.

“Kalau sejak kecil dimanja, dibela terus, ya bagaimana dia belajar menghargai orang lain?,” katanya lirih.

Vivi tak ingin adiknya hancur oleh pujian atau perlakuan istimewa yang tidak sehat. Ia berharap, pengalaman hidupnya bisa menjadi pelajaran bagi keluarga lain.

Bahwa membesarkan anak, apa pun gendernya, seharusnya dilandasi rasa adil, bukan berdasarkan tradisi semata. “Anak perempuan juga punya hak. Punya suara. Dan juga bisa jadi tulang punggung keluarga,” tegasnya.

Ia mengakhiri perbincangan dengan senyum kecil. Bukan karena semua telah usai, tapi karena ia percaya, luka yang diakui adalah awal dari penyembuhan. (wis)

News Feed