English English Indonesian Indonesian
oleh

Mewarisi Luka: Ketika Anak Lelaki Dijadikan Emas, Anak Perempuan Terluka

Saat itu, ia bahkan sedang bersiap menjalani operasi mata. “Saya butuh dana cepat, tapi malah dipersulit. Operasi saya tertunda tiga bulan,” ucapnya.

Ketimpangan peran ini, menurutnya, menciptakan celah dalam hubungan kakak-beradik. Bahkan, dalam beberapa kasus, sampai ke ranah hukum.

Vivi mengaku sempat melaporkan istri adiknya ke pihak berwajib karena pernyataan yang ia anggap sebagai bentuk fitnah dan pencemaran nama baik.

Namun hingga kini, laporan itu belum menunjukkan perkembangan berarti. Istri adiknya, ST, balik melaporkan Vivi seolah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Ini terjdi di halaman rumah yang diakui sebagai rumahnya padahal itu rumah warisan ibu Hermin.

“Dahulu ibu saya bilang, kasihlah satu ruko pengayoman untuk adikmu. Saya ikhlas. Tapi sudah diberikan, masih mengungkit soal uang sewa, semua diklaim sebagai milik mereka. Bahkan yang saya tahu betul dibeli dari omzet salon,” ujarnya, masih dengan nada tenang.

Vivi menegaskan, selama ini tak pernah ada kontribusi tenaga maupun waktu dari adiknya maupun istrinya dalam membangun usaha salon tersebut.

Dalam sistem yang terlalu memihak pada anak laki-laki, Vivi melihat betapa rapuhnya keadilan dalam keluarga.

Ia tidak mempersoalkan jenis kelamin atau siapa anak emas, tapi berharap ada penghargaan terhadap kerja keras.

“Saya bukan menuntut lebih. Saya hanya ingin apa yang menjadi hak saya dihargai,” ungkapnya.

Cerita Vivi bukan hanya miliknya sendiri. Ini adalah potret banyak perempuan yang lahir dalam keluarga dengan pola asuh patriarkal, di mana laki-laki diistimewakan sejak kecil.

News Feed