English English Indonesian Indonesian
oleh

Peringatan Asyura di Karbala Dihadiri Puluhan Ribu Jemaah, Diselimuti Ketegangan Politik Regional

FAJAR, KARBALA — Puluhan ribu jemaah Syiah dari berbagai negara memadati Kota Karbala, Irak, pada Minggu, 6 Juli 2025, dalam rangka memperingati hari suci Asyura, salah satu momentum paling penting dalam kalender Syiah.

Peringatan tersebut mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Hussein, dalam Pertempuran Karbala pada tahun 680 Masehi, yang dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap tirani dan ketidakadilan. Tradisi ini menjadi salah satu ziarah tahunan terbesar bagi umat Syiah dan memiliki dimensi spiritual sekaligus politis.

Tahun ini, Asyura diperingati di tengah ketegangan geopolitik kawasan yang meningkat, menyusul perang Israel-Iran, tumbangnya Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Desember 2024, serta kematian pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah.

Pantauan di lokasi menunjukkan ribuan jemaah berpakaian serba hitam memenuhi area sekitar makam Imam Hussein dan saudaranya Abbas. Jemaah datang dari berbagai negara, termasuk Iran, Lebanon, Pakistan, dan negara-negara Teluk. Mereka melaksanakan ritual ratapan, membaca elegi, serta memukul dada sebagai bentuk duka.

Momen keagamaan ini juga disertai nuansa politik. Sejumlah jemaah dan peserta aksi membawa spanduk bertuliskan dukungan terhadap “Poros Perlawanan”—jaringan kelompok dan pemerintahan yang didukung Iran. Slogan-slogan anti-Israel dan anti-Amerika Serikat terdengar di berbagai sudut kota Karbala.

Juru bicara milisi Kataib Hizbullah, Abu Ali al-Askari, dalam pernyataannya menyatakan bahwa kelompok bersenjata tidak akan menyerahkan senjata meski mendapat tekanan. “Senjata perlawanan adalah yang melindungi Irak, dan tidak akan kami serahkan, apa pun tekanan dari dalam atau luar negeri,” ujarnya.

News Feed