FAJAR, MAKASSAR — SMP Telkom Makassar resmi membuka kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Pelajaran 2025/2026 dengan penuh semangat dan keceriaan pada Senin, 7 Juli di Lapangan Basket SMP Telkom Makassar.
Kegiatan yang mengusung tema “Sudah Beda Cerita” ini diikuti oleh 320 siswa baru yang siap mengawali jenjang pendidikan menengah pertama dengan semangat baru dan karakter yang lebih mandiri.
Pembukaan dimulai sejak pukul 06.30 WITA dengan sesi presensi seluruh peserta, disambung dengan penampilan musik tradisional dan tari kreasi oleh siswa berprestasi di ajang FLS3N. Nuansa budaya dan semangat kebersamaan langsung terasa menyambut para siswa baru dan orang tua yang turut hadir menyaksikan seremoni pembukaan MPLS SMP Telkom Makassar.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumandangan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Telkom Schools, yang membangun atmosfer khidmat dan penuh makna.
Kepala SMP Telkom Makassar, Muhamad Irjan Marsaoly, dalam sambutannya menekankan pentingnya MPLS sebagai fondasi awal pembentukan karakter dan identitas diri siswa. “Transisi dari SD ke SMP adalah titik balik penting dalam perkembangan anak. Di sinilah mereka mulai belajar bertanggung jawab, membentuk karakter serta mengenal lingkungan baru yang akan menjadi rumah kedua mereka selama tiga tahun ke depan,” ungkapnya.
Simbolisasi pembukaan dilakukan melalui tabuhan gendang oleh Kepala Sekolah, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari seluruh peserta.
Hari pertama MPLS tidak hanya diisi dengan seremoni, tetapi juga pembekalan materi mendalam dari para narasumber yang ahli di bidangnya. Materi pertama dibawakan oleh Dr. Widya Karmila Sari, M.Pd., yang mengajak para siswa memahami perbedaan pola belajar antara jenjang SD dan SMP. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya siswa menjadi lebih mandiri dan mulai menyusun identitas akademik serta sosialnya sendiri.
Selanjutnya, Prof. Dr. Farida Aryani, M.Pd. menyampaikan materi penting seputar bahaya bullying dan pentingnya membangun ekosistem sekolah yang aman dan ramah. Ia mengajak para siswa untuk menjadi agen perubahan yang menjunjung tinggi rasa hormat, solidaritas, dan empati dalam pergaulan.