English English Indonesian Indonesian
oleh

Bukan dari Malaysia, Bukan dari Vietnam, Pacu Jalur Milik Indonesia Sejak Abad Ke-17

FAJAR, RIAU – Di tengah derasnya arus media sosial dan tren digital, pacu jalur “diklaim” berasal dari Malaysia hingga Vietnam. Padahal pacu jalur asli milik Indonesia sejak Abad ke-17.

Pacu jalur adalah lomba mendayung perahu kayu tradisional dari Riau yang menjadi viral dan menarik perhatian dunia.

Sejarah
Jauh sebelum dikenal luas di TikTok atau diunggah klub bola Eropa, pacu jalur sudah ratusan tahun menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut budaya masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing).

Pacu Jalur bukan sekadar lomba perahu. Ia adalah sejarah hidup yang mengalir bersama Sungai Kuantan sejak abad ke-17.

Berawal dari kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kuansing zaman dulu menggunakan perahu kayu besar—yang disebut jalur—untuk menyusuri sungai. Saat itu, transportasi darat masih sangat terbatas. Perahu jalur, terbuat dari kayu utuh tanpa sambungan, menjadi andalan utama dalam aktivitas harian.

Lambat laun, fungsi praktis ini bergeser menjadi ekspresi budaya. Di momen-momen besar seperti Idulfitri atau pesta kampung, masyarakat mulai mengadakan lomba jalur sebagai hiburan dan ajang silaturahmi. Saat masa penjajahan Belanda, pacu jalur bahkan pernah dijadikan perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina.

Tak hanya alat transportasi, jalur menjadi simbol kebersamaan. Proses pembuatannya pun penuh filosofi: dimulai dari menebang pohon secara ritual, memohon izin pada “penjaga” hutan, hingga gotong royong dalam pembentukan badan perahu.

Struktur Sosial di Atas Perahu
Sebuah perahu jalur bisa membawa hingga 60 orang, yang masing-masing memiliki peran penting. Tukang Concang memberi aba-aba, Tukang Pinggang mengatur arah, Tukang Onjai menciptakan ritme dengan gerak tubuh, dan Anak Coki—anak-anak yang menari di ujung perahu—menjadi wajah semangat pacu jalur.

News Feed