Gubernur Sulbar, kata Salman, telah menetapkan kebutuhan mendesak akan tenaga profesional di bidang teknologi informasi dan perencanaan. Untuk itu, kerja sama diarahkan pada pengembangan program studi TI di Fakultas Teknik UGM.
“Targetnya, kita bisa mencetak 250 talenta digital yang langsung terkoneksi dengan pemerintah daerah. Ini akan menjadi kekuatan Sulbar di masa depan,” imbuhnya.
Tak hanya pendidikan S1, program pascasarjana juga menjadi fokus. Dalam lima tahun ke depan, ditargetkan 100 SDM pascasarjana bisa dikirim untuk memperkuat kapasitas pemerintahan daerah melalui skema beasiswa dan kerja sama pendidikan.
Salman menekankan, keterbatasan akses penerbangan membuat setiap kegiatan koordinasi nasional harus diperhitungkan matang-matang.
“Untuk sekali pertemuan di Jakarta, butuh waktu tiga hari dan biaya tinggi. Jadi, setiap forum harus dimanfaatkan untuk melahirkan output nyata, utamanya dalam bidang pendidikan dan perencanaan pembangunan,” tegasnya.
Bukan Sekadar Alumni
Ketua Panitia Musda II, Firman Juang, menambahkan bahwa peran Kagama bukan hanya sebagai komunitas alumni semata, melainkan wadah kontribusi nyata kepada masyarakat.
“Kagama itu harus inklusif, bukan eksklusif. Ini rumah bersama yang harus berdampak. Kita ingin alumni UGM bersinergi untuk rakyat, daerah, dan negara,” ujarnya.
Musda II Kagama Sulbar menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas elemen—alumni, pemerintah, akademisi, ormas, hingga sektor swasta—untuk menghadirkan Sulawesi Barat yang lebih kompetitif, berpengetahuan, dan tangguh di masa mendatang. (*)