English English Indonesian Indonesian
oleh

Haru Keluarga Prajurit di Makassar Saat Nobar Film Believe

FAJAR, MAKASSAR — Suasana haru menyelimuti ratusan keluarga prajurit saat mengikuti kegiatan nonton bareng (nobar) film Believe – Takdir · Mimpi · Keberanian yang digelar serentak di 33 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Di Makassar, nobar dipusatkan di XXI Mal Panakukang, Jumat, 4 Juli.

Film kolosal produksi Bahagia Tanpa Drama ini tidak hanya menyuguhkan ketegangan di medan perang, tetapi juga mengetuk nurani dengan kisah menyentuh tentang cinta, kehilangan, dan pengorbanan dalam lingkup keluarga prajurit.

Believe diangkat dari kisah nyata yang dituangkan dalam buku biografi Believe – Based on a True Story of Faith, Dream, and Courage. Cerita berlatar belakang Operasi Seroja (1975–1999), salah satu operasi militer terbesar dalam sejarah Indonesia.

Lebih dari sekadar hiburan, film ini menjadi medium refleksi bagi keluarga prajurit yang hidup dalam bayang pengabdian dan ketidakhadiran anggota keluarga yang bertugas di medan tempur.

Banyak penonton, terutama istri dan anak prajurit, tak kuasa menahan air mata. Bukan karena adegan ledakan atau tembakan, melainkan karena film ini dianggap merefleksikan realitas hidup mereka—penantian panjang, rasa cemas, dan pengorbanan dalam diam yang selama ini sulit diungkapkan.

Produser film, Celerina Judisari, menyampaikan bahwa kegiatan nobar ini merupakan bentuk penghormatan kepada keluarga prajurit.

“Mereka adalah pejuang yang sering kali terlupakan. Lewat film ini, kami ingin masyarakat melihat bahwa perjuangan tidak hanya terjadi di medan perang, tapi juga di rumah-rumah para prajurit,” ungkapnya.

Panglima Divisi Infanteri 3 Kostrad, Mayor Jenderal TNI Bangun Nawoko, turut hadir dalam salah satu sesi nobar. Ia mengaku tersentuh hingga menitikkan air mata.

“Saya tidak menyangka film ini begitu menyentuh. Bukan hanya tentang patriotisme, tapi juga perjuangan keluarga. Sebagai panglima, saya baru benar-benar menyadari betapa berat peran keluarga yang ditinggalkan,” tuturnya.

Salah satu karakter dalam film ini bernama Bangun. Ia menyebut bahwa Believe sangat autentik, baik dari sisi visual adegan pertempuran maupun emosi yang disampaikan. Menyaksikan film ini bersama sang istri membuatnya semakin memahami beratnya perjuangan di balik layar seorang prajurit.

“Di rumah, istri juga sedang berjuang. Film ini mengajarkan pentingnya saling memahami dan saling menguatkan dalam keluarga prajurit,” tambahnya.

Ba Denmadam XIV/Hasanuddin, Sertu Awaluddin, juga memberikan apresiasi tinggi terhadap film tersebut. Ia menyebut Believe sebagai film yang sarat nilai moral dan semangat nasionalisme.

“Kami datang bersama 60 personel dan keluarga. Film ini layak ditonton oleh generasi muda karena mengandung banyak pesan penting tentang keberanian, persatuan, dan semangat pantang menyerah,” ujarnya.

Believe dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 24 Juli 2025. Film ini dibintangi oleh Ajil Ditto sebagai Agus, Wafda Saifan sebagai Sersan Kepala Dedi, dan Yoriko Angeline sebagai Ibu Agus.

Latar waktu yang terbentang dari tahun 1975 hingga masa akhir konflik di Timor Timur akhir 1990-an memberikan kedalaman emosional dan historis yang kuat.

Melalui tokoh Agus—yang tumbuh dalam trauma akibat perpisahan orang tuanya—penonton diajak menelusuri jejak sang ayah yang penuh pengorbanan. Agus kemudian menapaki jalan serupa sebagai prajurit, menghadapi tantangan dari luar dan dalam dirinya, hingga akhirnya berhadapan dengan Miro (diperankan Marthino Lio), musuh ayahnya di masa lalu. Pertemuan ini menggugah Agus untuk merenungkan kembali makna keberanian dan kemanusiaan.

Bagi banyak penonton, Believe bukan sekadar tontonan. Ia adalah bentuk penghormatan dan pengingat akan peran keluarga prajurit yang selama ini berdiri dalam senyap, menjadi pilar tak tergantikan dalam pertahanan bangsa.
(uni-wis/*)

News Feed