Kondisi ini membuat publik bertanya-tanya, apakah ada keterlambatan pendaftaran, penolakan dari klub, atau kegagalan federasi dalam mengamankan slot. Hingga kini, PSSI belum memberikan penjelasan resmi.
Asisten pelatih Persebaya, Uston Nawawi, sebelumnya mengaku bersyukur atas pencapaian tim musim ini. Ia optimistis Persebaya bisa berkompetisi di ASEAN Club Championship. Namun, harapan itu kini pupus tanpa kejelasan.
“Yang patut kita syukuri adalah kita masih di 4 besar, karena di musim lalu kita di peringkat 12. Peningkatannya cukup besar menurut saya, dan kita juga masih bisa main di Asean Cup,” ujarnya kala itu.
Jika benar Indonesia absen, ini menjadi ironi besar bagi sepak bola nasional yang tengah mengupayakan lompatan prestasi. Di tengah momentum perbaikan kompetisi dan pembinaan, absennya wakil Indonesia di ajang ASEAN menjadi alarm akan pentingnya pembenahan menyeluruh, termasuk dalam aspek administrasi dan diplomasi olahraga.
Indonesia, sebagai salah satu pasar sepak bola terbesar di Asia Tenggara, semestinya punya tempat di pentas regional. Ketiadaan ini bukan hanya kehilangan kesempatan, tetapi juga tamparan bagi federasi dan pemangku kepentingan yang mestinya bisa mengawal representasi klub-klub nasional di level ASEAN. (*)